Article Image

NASIONAL

Tren Quiet Quitting, Ikigai Bilang Apa?

"Tren quiet quitting bisa menghambat produktivitas perusahaan dan pengembangan diri karyawan. Ikigai menawarkan cara pandang untuk mencegahnya. "

KBR, Jakarta - Kesehatan mental di dunia kerja mulai mendapat perhatian. Selama pandemi, bermunculan beragam frasa seperti burnout, work life balance, dan yang terbaru adalah quiet quitting. Yang disebut terakhir sering diterjemahkan sebagai kerja secukupnya sebagai perlawanan atas budaya gila kerja.

Istilah quiet quitting awalnya trending di Tiktok kemudian jadi bahasan viral karena dianggap relevan dengan pandemi yang mengubah kultur kerja. Menurut Bagia Arif Saputra dari The Golden Space Indonesia, fenomena quiet quitting sejatinya bukan hal baru.

"Kenapa sekarang tren, ya akibat work imbalance yang semakin kuat disadari ketika pandemi. Dan ini dari kombinasi budaya kerja yang tidak sehat, yang leading to burnout and stress, juga kurangnya apresiasi dan motivasi," kata pemegang Certified Meditation Instructor ini.

Tren quiet quitting jelas merugikan perusahaan, karena produktivitas bakal menurun. Nah, di sisi pekerjanya, memang sekilas quiet quitting terlihat sebagai solusi agar terhindar dari stres, apalagi burn out. Namun, ada potensi menghambat pengembangan diri. Menurut Bagia, mesti ada perspektif dan metode yang bisa menawarkan jalan tengah.

"Bukan berarti kita bekerja harus mati-matian dan melupakan kesehatan kita. Justru bagaimana caranya kita tetap bisa memberikan yang terbaik, do your best at work, tanpa harus burnout," ujar Bagia.

Baca juga:

Perhatian! Burnout Bisa Ganjal Produktivitas Kerja

Tangkap Peluang dari Tren Wisata "Healing"

Bagia Arif Saputra dari The Golden Space Indonesia menyebut Ikigai bisa menjawab problem kesehatan mental di tempat kerja seperti quiet quitting. (Foto: dok pribadi).

Seiring meningkatnya kepedulian soal kesehatan mental, bermunculan pula berbagai pendekatan dan metode untuk menjaganya. Salah satu yang kerap dibahas adalah Ikigai, falsafah hidup dari Jepang.

"Ikigai kalau diterjemahkan artinya reason of being atau alasan kenapa kita hidup. Dalam konsep Ikigai, pekerjaan yang menyita sebagian besar hidup kita, harus diisi dengan sebuah hal bermakna," ungkap Bagia.

Individu yang menemukan ikigai-nya diyakini bakal terjaga kesehatan mentalnya, sehingga mampu mencegah burnout, quiet quitting, sehingga tercapai work life balance. Ini otomatis akan mendongkrak produktivitas kerja.

"Tidak hanya produktivitas dia, tetapi juga orang-orang sekitar, membantu teman kerja, membantu perusahaan, bahkan orang-orang di luar perusahaan. Jadi manfaatnya tidak hanya berhenti di diri sendiri," imbuhnya.

Dengerin obrolan lengkap Uang Bicara episode "Tren Quiet Quitting, Ikigai Bilang Apa?" bareng Bagia Arif Saputra, Certified Meditation Instructor The Golden Space Indonesia di KBRPrime, Spotify, Google Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.