NASIONAL

Perencanaan Anggaran Tak Optimal, Rp1.200 Triliun APBN Belum Terserap

"Rendahnya serapan APBN menjadi bukti tidak optimalnya perencanaan anggaran. Semua itu, karena keterbatasan waktu dalam melakukan perencanaannya. "

serapan anggaran
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan keterangan pers tentang realisasi pelaksanaan APBN 2021 (3/1/2022). (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)

KBR, Jakarta - Belum terserapnya dana APBN untuk belanja negara sekitar Rp1.200 triliun dalam APBN, dikritik banyak pihak.

Wakil Direktur Lembaga Kajian Ekonomi INDEF, Eko Listiyanto menilai, rendahnya serapan APBN menjadi bukti tidak optimalnya perencanaan anggaran. Semua itu, karena keterbatasan waktu dalam melakukan perencanaannya.

Menurut Eko, pemerintah bisa jadi tidak merencanakan anggaran secara detil sehingga eksekusinya pun menjadi sangat lambat.

"Menurut saya, bagaimana pun karena ini nilainya cukup besar, pemerintah harus melakukan koreksi terhadap bagaimana perencanaan anggarannya ke depan. Karena ini kan berarti merencanakannya tidak presisi atau tidak efisien, untuk bisa mencapai dari target itu. Kalau banyak yang tidak terserap, nanti jadi sisa anggaran lebih atau Silpa (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan)," ujar Eko saat dihubungi KBR, Rabu (9/11/2022).

Eko juga mengatakan, pola umum dari penyerapan anggaran negara yang kerap terdistribusi paling besar di triwulan keempat harus menjadi perhatian. Sebab, pos anggaran yang belum terserap biasanya berkaitan dengan kegiatan atau proyek besar di akhir tahun.

"Biasanya memang ada pola-pola itu. Terus kemudian juga ada aspek, katakanlah semacam penghematan, karena kemarin-kemarin ada kegiatan yang dilakukan online," tuturnya.

Eko mendorong agar transisi serapan anggaran dari tiap triwulan bisa seimbang sehingga tidak menumpuk di akhir tahun. Meski sukar dilakukan, ia yakin pemerintah bisa melakukannya melalui formulasi dan perencanaan yang matang sejak awal.

"Triwulan keempat itu memang besar nilainya bisa 40% sendiri dari total proyek. Jadi pola-polanya semacam itu. Tetapi di luar pola itu, karena bagaimanapun fungsi APBN itu juga adalah mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga menurut saya ke depan perlu menjadi evaluasi bagi pemerintah," jelas Eko.

Bagaimana membuat anggaran yang lebih smooth transisi antar triwulannya itu, tukas Eko, sehingga tidak menumpuk di triwulan keempat.

Baca juga:

- Serapan Anggaran Rendah, Jokowi: Duit APBD di Bank Masih Sangat Besar

- Jokowi: Serapan APBD Rendah Kok Ngejar Uang Investor? Logikanya Nggak Kena!

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, anggaran negara baru terealisasi sebesar Rp1.900-an triliun atau 61 persen. Padahal, periode pembukuan 2022 tinggal dua bulan lagi.

Belum terserapnya anggaran lebih dari seribu triliun tersebut merupakan sisa belanja negara selama Januari hingga September 2022. Adapun total belanja negara yang dianggarkan dalam APBN tahun ini lebih dari Rp3.100 triliun.

Editor: Fadli Gaper

  • serapan anggaran
  • APBN

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!