KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa negara berkembang harus diberdayakan sebagai bagian dari solusi darurat kesehatan global.
Itu disampaikan Jokowi dalam pidato pada Sesi II KTT G20 di Hotel The Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (15/11/2022).
"Kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan. Negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan. Negara berkembang harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset," katanya.
Menurut Jokowi, kondisi ini bisa terjadi jika investasi industri kesehatan ditingkatkan. Kemudian, kerja sama riset dan transfer teknologi diperkuat, dan akses bahan baku produksi untuk negara berkembang diperluas.
Selain itu, kata Jokowi, Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) Waiver harus diperluas pada semua solusi kesehatan termasuk diagnostik dan terapeutik.
"WHO juga harus merealisasikan komitmennya terkait hubs dan spokes solusi kesehatan," katanya.
Baca Juga:
Satu Dekade CISDI, Transformasi Layanan Primer untuk Perkuat Sistem Kesehatan Nasional
2045, Penderita Diabetes di Indonesia Bisa Jadi 28 Juta Orang
Jokowi juga menegaskan kesiapan Indonesia untuk menjadi hub-produksi vaksin Covid-19 di kawasan Asia Tenggara. Indonesia saat ini memiliki PT Bio Farma, perusahaan pelat merah dengan kemampuan produksi vaksin Covid-19 hingga 25 juta dosis per bulan.
"Sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara, Indonesia siap untuk menjadi hub bagi peningkatan produksi vaksin di kawasan," ujar Presiden Jokowi.
Selain itu, Jokowi berharap G20 ikut mengawal proses pembentukan Traktat Pandemi. Dimana kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan dan global saling berkontribusi.
"Negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan. Negara berkembang harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset," katanya.
Editor: Rony Sitanggang