Article Image

NASIONAL

Cermat Kumpulkan Dana Darurat

"Dana darurat jadi salah satu hal mendasar di perencanaan keuangan, menghitungnya pun harus dengan cermat karena kebutuhan tiap orang berbeda-beda."

KBR, Jakarta - Dana darurat menjadi hal mendasar dalam perencanaan keuangan. Ungkapan sedia payung sebelum hujan tepat untuk menggambarkan pentingnya dana darurat. Ibarat pelindung, menurut Perencana Keuangan Financial Counsulting Eko Endarto fungsi dana cadangan ini adalah sebagai bantalan saat situasi mendesak, misalnya terkena PHK atau ada anggota keluarga yang sakit.

“Dana cadangan lebih kepada perlindungan untuk cash flow atau aliran cash-nya. Memang sih, dia baru terasa penting ya ketika terasa masalah,” jelas Eko.

Mengumpulkan dana darurat juga harus memerhatikan kebutuhan. Jangan sampai dana terlalu kecil. Pengumpulan dana darurat juga mesti ditarget. Lalu berapa besaran dana darurat bagi yang single atau lajang?

“Tiga kali pengeluaran bulanan di luar investasi. Pengeluaran plus utang-utangnya, itu adalah pengeluaran rutin dia, dikalikan tiga minimal. Dengan asumsi single usianya masih di bawah 40 ya,” terang Eko.

Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga, Eko menyarankan untuk mengumpulkan dana darurat 6-9 kali pengeluaran. Dana darurat untuk keluarga lebih besar karena kebutuhan rumah tangga lebih banyak dan bermacam-macam.

Baca juga:

Kiat Mengatur Keuangan Rumah Tangga bagi Pasangan Baru

Penting! Literasi Finansial sejak Kanak-Kanak

Eko Endarto menyebut besaran dana darurat berbeda tergantung beban dan kebutuhan masing-masing individu. (Dok: Pribadi)

Dana darurat bisa dikumpulkan dengan menyisihkan minimal 10% dari pengeluaran. Metode mengumpulkannya ada dua yaitu lump sum dan dollar cost averaging. Metode lump sum artinya uang dibayarkan sekaligus dalam satu waktu.

“Kita sudah punya deposito Rp60 juta, setelah dihitung ternyata dana cadangan yang dibutuhkan Rp15 juta, artinya keluarkan saja 15 juta, 45 jutanya masukkan investasi sekarang, ga perlu semuanya masuk ke dana cadangan,” jelas Eko.

Kebalikannya, dollar cost averaging (DCA) adalah mengumpulkan uang dengan cara mencicil.

“Jadi menggunakan lump sum atau DCA dua-duanya tidak memberikan keuntungan signifikan karena sebenarnya dana cadangan itu ga diharapkan mendapat keuntungan,” tutur Eko.

Saat mengumpulkan dana cadangan, Eko menyarankan untuk memasukkan ke instrumen likuid, agar tidak perlu waktu lama untuk dicairkan saat keadaan genting. Misalnya, tabungan atau reksadana pasar uang.

“Makin cepat makin bagus. Karena itu dibutuhkan dengan waktu yang cepat, kalau bisa ya maksimal tujuh hari harus bisa cair atau kalau bisa dibawahnya,” katanya.

Dengarkan obrolan seru soal dana darurat bareng Perencana Keuangan Eko Endarto di Uang Bicara episode "Cermat Kumpulkan Dana Darurat" di KBR Prime, Spotify, Google Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.