NASIONAL

BI Kembali Naikan Suku Bunga Acuan, Rupiah Tetap Lemah

"BI menargetkan inflasi ke depan kembali ke tiga plus minus satu persen pada paruh pertama tahun depan"

Astri Septiani

BI Kembali Naikan Suku Bunga Acuan, Rupiah Tetap Lemah
Ilustrasi rupiah terhadap dolar. Foto: ANTARA/Nova

KBR,Jakarta- Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Upaya itu dilakukan antara lain untuk menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya.

Keputusan itu disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo setelah bank sentral menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG), hari ini.

"Rapat dewan gubernur bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 November 2002 dua memutuskan untuk menaikkan BI BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Suku bunga deposito fasiliti naik sebesar 50 basis poin menjadi 4,50 persen dan suku bunga lending fasiliti naik 50 basis poin menjadi 6 persen," ujar Perry, Kamis (17/11/2022)

Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, kenaikan suku bunga acuan juga sebagai langkah perencanaan dan antisipasi untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi.

BI menargetkan inflasi ke depan kembali ke tiga plus minus satu persen pada paruh pertama tahun depan.

Baca juga:

Reaksi Masyarakat Terhadap Kenaikan Suku Bunga Acuan

Menkeu Optimistis Ekonomi Q3 Masih Tumbuh Tinggi

Kendati menaikan lagi suku bunga, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih lemah. Dalam penutupan hari ini, nilai tukar rupiah ditutup melemah 63 poin atau 0,40 persen ke Rp 15.663 per dollar AS.

Perry Warjiyo menjelaskan, kuatnya dollar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global memberikan tekanan pelemahan nilai tukar hampir di seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar rupiah. Indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat 106,28 pada 16 November 2022 atau mengalami penguatan sebesar 11,09 persen (year to date/ytd).

"Sangat kuatnya dolar AS didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dan penarikan modal dari berbagai negara ke AS," ucap Perry.

BI juga mencatat, nilai tukar rupiah hingga 16 November terdepresiasi 8,65 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. Menurut Perry, depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti Korea Selatan 10,30 persen (ytd) dan Filipina 11,10 persen (ytd).

Editor: Dwi Reinjani

  • suku bunga acuan
  • pertumbuhan ekonomi
  • bank indonesia
  • Rupiah lemah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!