BERITA

Peringatan Hari Guru Nasional, Nadiem: Kami Mendengar

Seleksi Guru PPPK Tahap Pertama

KBR, Jakarta-   Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim mengungkapkan, saat pandemi COVID-19, banyak guru yang mengalami tekanan psikologis, ekonomi dan kehilangan motivasi mengajar.

Nadiem mencontohkan, banyak guru yang memperjuangkan pemasukan ekonomi, hanya agar keluarganya bisa makan sehari-hari.

Tapi Nadiem mengklaim, pengalamannya beberapa kali tinggal bersama sejumlah guru penggerak di daerah, tidak pernah melihat ada guru yang berputus asa.

"Guru-guru se-Indonesia menginginkan perubahan dan kami mendengar. Guru se-Indonesia menginginkan kesempatan yang adil untuk mencapai kesejahteraan yang manusiawi. Guru se-Indonesia menginginkan akses terhadap teknologi dan pelatihan yang relevan dan praktis. Guru se-Indonesia menginginkan kurikulum yang sederhana dan bisa mengakomodasi kemampuan dan bakat setiap muridnya yang berbeda-beda," ujar Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim saat menjadi Irup Peringatan Hari Guru Nasional 2021 di kantornya di Jakarta (25/11/2021).

Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim juga menyebut, "Merdeka Belajar" yang dulu hanya kebijakan kini sudah berubah menjadi gerakan. Gerakan "Merdeka Belajar" diklaim, sudah melahirkan ribuan inovasi pembelajaran.

Nadiem juga menegaskan tekadnya untuk tidak akan menyerah memperjuangkan gerakan "Merdeka Belajar", demi kehidupan dan masa depan guru se-Indonesia.

Baca juga:

DPR Minta PPPK Guru Ditunda, Apa Jawaban Mendikbud?

Seleksi PPPK, Pemerintah Diharapkan Berpihak Kepada Guru Honorer

Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini mengusung tema "Bergerak dengan Hati Pulihkan Pendidikan". Hari Guru Nasional ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994.

Editor: Rony Sitanggang

  • Komisi X DPR RI
  • Nadiem Makarim
  • PPPK Guru 2021
  • Kemendikbud
  • Peringatan Hari Guru Nasional

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!