BERITA

BNPB: Tokoh Pendorong Ketangguhan Bencana Layak Jadi Pahlawan

"Pahlawan di bidang kebencanaan yang dimaksud adalah mereka yang berkontribusi aktif memberi ide dan inovasi dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia."

Sadida Hafsyah

BNPB: Tokoh Pendorong Ketangguhan Bencana Layak Jadi Pahlawan
Ilustrasi Persiapan Penanganan Kebencanaan BNPB

KBR, Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut orang-orang yang mendorong ketangguhan terhadap risiko bencana, layak disematkan gelar kepahlawanan.

Dalam peringatan Hari Pahlawan, juru bicara BNPB, Raditya Jati menekankan pahlawan tidak melulu tokoh yang berjuang di masa lampau demi meraih kemerdekaan.

Pahlawan di bidang kebencanaan yang dimaksud adalah mereka yang berkontribusi aktif memberi ide dan inovasi dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia.

"Jadi semua bisa masuk, membangun ketangguhan dalam hal sifatnya fisik maupun juga bagaimana membangun ketangguhan itu yang sifatnya dalam hal prefensif atau policy making ataupun perencanaan proses pembangunan yang ada di Indonesia. Jadi kita perlu mengangkat sosok, atau bisa dikatakan organisasi ataupun perorangan yang mempunyai ide-ide atau resiliensi untuk membangun inovasi," jelas Raditya saat dihubungi KBR (10/11/20).

Jati menjelaskan sejauh ini apresiasi kerap diberikan pada pemerintah daerah karena mampu mengambil keputusan baik untuk keberlangsungan daerahnya.

"Kita memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah, termasuk provinsi, kabupaten/kota yang telah melaksanakan upaya mengurangi risiko bencana di wilayah masing-masing," ujarnya.

Ia menambahkan sosok atau komunitas inspiratif juga tidak luput dari perhatian BNPB. Misalnya komunitas yang kerap membantu masyarakat menjaga kelestarian sungai, agar tidak mengalami banjir.


Editor: Ardhi Rosyadi

  • Pahlawan
  • BNPB
  • Bencana

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!