BERITA

Kementan Klaim Stok Daging Jelang Natal dan Tahun Baru, Aman

"Persediaan produksi daging sapi lokal tersedia 35.845 ton sementara kekurangannya akan ditutup dengan impor daging sebesar Rp30.679 ton."

Kementan Klaim Stok Daging Jelang Natal dan Tahun Baru, Aman
Ilustrasi: Pedagang daging di Pasar Modern BSD, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (9/11/2018). (Foto: ANTARA/ M Iqbal)

KBR, Jakarta - Kementerian Pertanian menyatakan stok daging sapi aman untuk memenuhi kebutuhan jelang natal dan tahun baru 2019.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita menjelaskan kebutuhan daging sapi tercatat sebanyak 55.305 ton bakal terpenuhi dengan stok produksi lokal dan impor. Kata dia, persediaan produksi daging sapi lokal tersedia 35.845 ton sementara kekurangannya akan ditutup dengan impor daging sebesar Rp30.679 ton.

"Produksi daging sapi kita sebanyak 35.845 ton. Sementara kebutuhan daging sapi kita sebanyak 55.305 ton. Jadi masih kurang 30.679 ton. Sehingga kekurangan itu akan dipenuhi dengan impor sapi bakalan, impor daging beku, dan jeroan," kata Diarmita di kantor Kementerian Pertanian, Kamis (22/11/2018).

Sehingga, dari jumlah itu, menurutnya masih didapatkan surplus daging 11.219 ton.

Impor daging sapi dan kerbau sebesar 30.679 ton tersebut dapat dirinci antara lain komponen impor daging sapi bakalan 18.217 ton atau setara 91.543 ekor. Sementara komponen impor daging sapi dan kerbau sebanyak 12.462 ton atau setara 62.623 ekor.

Selanjutnya, tambah Diarmita, Kementan bakal berkoordinasi dengan kepolisian dan instansi terkait lainnya guna menjaga stabilitas harga. Salah satunya dengan memantau ketersediaan pasokan dan harga pangan strategis menjelang dan selama natal dan tahun baru 2019.

Baca juga:




Editor: Nurika Manan
  • impor daging
  • jelang natal
  • daging sapi
  • Kementerian Pertanian
  • Stok Daging

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!