BERITA

Ini Langkah DMI Merespons Temuan Masjid Terpapar Radikalisme

""Diberikan suatu batasan-batasan. Jangan membikin hoaks, bicara tanpa data, apa sebagainya.""

Ini Langkah DMI Merespons Temuan Masjid Terpapar Radikalisme
Ilustrasi: Spanduk di Yogyakarta sebagai ekspresi warga menolak paham radikal dan teror. (Foto: ANTARA/ Andreas Fitri)

KBR, Jakarta - Dewan Masjid Indonesia (DMI)  akan memanggil para penceramah dan pengurus masjid yang masuk dalam daftar 41 masjid terpapar radikalisme.

Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla mengatakan organisasinya akan memberikan pemahaman mengenai wajah Islam yang penuh kasih dan cinta damai.

"Tentu ada saja masalahnya. Tapi kita luruskan. Kita pendekatan pada ustadz-ustadznya untuk bertemu dan (memberitahu) ada satu cara Islam yang wasatiyyah," kata Kalla saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat(23/11).

DMI menurut Kalla tengah menyusun rambu-rambu berupa kurikulum bagi para penceramah. Kurikulum ini tidak akan menyeragamkan konten khotbah, melainkan hanya sebatas tema ceramah.

Kata dia, DMI tidak bisa mengontrol masjid maupun penceramah melalui sertifikasi. Yang bisa dilakukan, adalah memastikan para penceramah tetap mematuhi rambu-rambu.

"Diberikan suatu batasan-batasan. Jangan membikin hoaks, bicara tanpa data, apa sebagainya."

Sementara pengurus lain DMI, Syafruddin saat diwawancara KBR pada Selasa (20/11/2018) meminta publik tak mengarahkan tuduhan radikal ke masjid. Sebab menurutnya, masjid merupakan rumah ibadah. Sedangkan kata Wakil Ketua DMI tersebut, yang terpapar paham radikal adalah sebagian orang yang berkegiatan di masjid tersebut.

"Saya rasa apa yang disampaikan oleh aparat, apapun yang disampaikan bahwa ada unsur-unsur kegiatan radikalisme tidak ditujukan kepada masjid, bukan masjid. Tapi orang-orang, individu-individu atau kelompok-kelompok. Kalau masjid clear, saya jamin masjid clear," kata Syafrudddin.

Baca juga:

    <li><b><a href="https://kbr.id/nusantara/11-2018/rongrong_nkri__menristekdikti_perintahkan_rektor_keluarkan_dosen_dan_mahasiswa/98238.html">Rongrong NKRI, Menristekdikti Perintahkan Rektor Keluarkan Dosen dan Mahasiswa</a>&nbsp;<br>
    
    <li><b><a href="https://kbr.id/nasional/06-2018/paham_terorisme_menyusup_ke_kampus__ini_langkah_bnpt_hingga_perguruan_tinggi/96285.html">Paham Terorisme Menyusup ke Kampus</a>&nbsp;</b><br>
    

Itu sebab kata dia, DMI juga menyusun beragam kegiatan pemberdayaan di masjid sebagai konter dari penyusupan kelompok radikal. Termasuk, salah satunya melalui konten ceramah yang menyejukkan.

"DMI mendorong program-program masjid yang perbanyak kegiatan-kegiatan positif, menjaga kesuciannya masjid betul-betul supaya masjid itu menjadi pusat peradaban islam, tempat kita beribadah, tempat kita meningkatkan iman kita," pungkas Syafruddin.

Kendati begitu ia mengakui DMI tak mampu mengambil langkah penindakan sebab menurutnya hal itu wewenang penegak hukum.

Sebelumnya Badan Intelijen Negara (BIN)  tengah mendalami temuan yang menyatakan bahwa 41 dari 100 masjid di lingkungan kementerian, lembaga, serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terindikasi disusupi radikalisme. Hasil ini didapat dari Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama.

Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto mengatakan tindak lanjut temuan diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengukur langkah berikutnya.

"Keberadaan masjid di Kementerian/Lembaga dan BUMN perlu dijaga agar penyebaran ujaran kebencian terhadap kalangan tertentu melalui ceramah-ceramah agama tidak memengaruhi masyarakat dan mendegradasi islam sebagai agama yang menghormati setiap golongan," kata Wawan saat ditemui di Jakarta, Selasa (20/11/2018).

Penelitian P3M NU itu dilakukan pada 35 masjid di Kementerian, 37 masjid di BUMN, dan 28 masjid di lembaga negara. Proses pengumpulan data itu terjadi sepanjang 29 September - 21 Oktober 2017 dengan merekam audio dan video khotbah Jumat.

Kesimpulan yang didapat, khotbah atau ceramah di sejumlah masjid mengandung muatan radikalisme. Paham radikal yang dimaksud misalnya, anggapan bahwa satu kelompok paling benar dan kelompok lain pasti salah, mengkafirkan orang lain yang tak sejalan, bertindak intoleran, cenderung memaksakan keyakinan ke orang lain, dan menganggap demokrasi merupakan produk kafir, serta membolehkan segala cara dengan mengatasnamakan agama.

Itu sebabnya, kata Wawan, BIN menilai perlu ada upaya dini untuk mencegah penyebaran radikalisme di masjid-masjid. Salah satunya, memperbanyak para penceramah yang membawa pesan perdamaian dan konten meneduhkan sebagai kontra-narasi.

"Pemberdayaan da'i dengan pendekatan intensif hingga literasi."

Baca juga:

    <li><b><a href="https://kbr.id/05-2018/terpapar_ideologi_terorisme__propam_tangkap__polisi_di_jambi__/96234.html">Polisi Terpapar Ideologi Teroris</a>&nbsp;<br>
    
    <li><a href="https://kbr.id/05-2018/pns_berpaham_terorisme__ini_kata_menpan_rb/96231.html"><b>PNS Berpaham Terorisme, Ini Kata Menpan-RB</b></a>&nbsp;<br>
    




Editor: Nurika Manan

  • radikalisme
  • Terorisme
  • Masjid
  • Dewan Masjid Indonesia
  • Jusuf Kalla
  • BIN

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!