HEADLINE

Badai Cempaka Menjauh, BNPB Imbau Warga Tetap Waspada

""Untuk meningkatkan kewaspadaannya menghadapi banjir, longsor, dan puting beliung. Ancamannya akan meningkat," "

Dian Kurniati, Ria Apriyani

Badai  Cempaka Menjauh, BNPB Imbau Warga Tetap Waspada
Warga memeriksa rumahnya yang porak-poranda diterjang banjir bandang di Pacitan, Jawa Timur, Rabu (29/11). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Pergerakan badai atau siklon Cempaka semakin menjauhi perairan selatan Jawa. Meski begitu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tetap meminta masyarakat, khususnya yang berada di wilayah rawan longsor dan banjir, untuk waspada.

Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sampai Januari tahun depan, curah hujan masih akan terus meningkat. Karena itu, daerah-daerah seperti Kabupaten Bandung, Sukabumi, Bojonegoro, Tasik, hingga Pangandaran diminta waspada.


"Sebagian wilayah Indonesia sudah masuk musim penghujan, kita mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya menghadapi banjir, longsor, dan puting beliung. Ancamannya akan meningkat," ujar Sutopo, Rabu (29/11).


Dampak terbesar dari siklon tropis Cempaka dirasakan oleh Wonogiri, Yogyakarta, Pacitan, dan Ponorogo. Data BNPB mencatat cuaca ekstrem mengakibatkan banjir, longsor, dan puting beliung di 28 kabupaten atau kota di pulau Jawa dan Bali.


Bencana melanda Kabupaten Situbondo, Sidoarjo, Pacitan, Wonogiri, Ponorogo, Magetan, Serang, Cilacap, Sragen, Boyolali, Trenggalek, Sukabumi, Purworejo, Magelang, Tulungagung, Semarang, Klaten, Malang, Wonosobo, Klungkung, Yogyakarta, Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman, Bantul, Kudus, dan Sukoharjo.


Menurut Sutopo, tim evakuasi dan penyaluran bantuan sudah digerakkan ke daerah-daerah itu. Namun, akses masuk menuju daerah bencana terhalang di sejumlah titik, khususnya di Kabupaten Pacitan.


"Longsor menutupi jalan di jalur lintas selatan. Akses tertutup material longsor dan banjir. Alat berat dikerahkan untuk pembersihan. Material yang menutup jalan juga dibersihkan dengan cara manual."


Akses komunikasi pun menurutnya terganggu karena banyaknya menara komunikasi yang mati. Rabu (29/11), Pemerintah Kabupaten Pacitan sudah menetapkan status tanggap darurat.


Sementara untuk akses menuju Gunung Kidul yang sempat lumpuh, menurut Sutopo kini sudah bisa diakses karena banjir sudah surut. Data terakhir, siklon Cempaka telah mengakibatkan 19 orang meninggal dunia akibat longsor dan banjir, sementara ribuan lainnya mengungsi.

Gelombang Tinggi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau nelayan di selatan Pulau Jawa tak melaut sementara waktu lantaran angin kencang dan hujan lebat. Prakirawan cuaca BMKG Yuli Kartikaningsih mengatakan, siklon tropis Cempaka yang menyebabkan cuaca ekstrem di wilayah Jawa dan Bali dua hari terakhir, akan turut mempengaruhi gelombang laut hingga setinggi 3 hingga 4 meter.

Menurut Yuli, ketinggian gelombang tersebut tergolong rawan untuk aktivitas melaut atau pariwisata.

"Kalau dilihat dari nilai ketinggiannya, bisa dikatakan untuk ketinggian lebih dari 2 meter bisa dikatakan tidak aman untuk kegiatan pencarian ikan atau nelayan. Bahkan disarankan, mengingat dampak siklon ada angin kencang, kami mengimbau nelayan di selatan Jawa ini untuk mengantisipasi dalam pencarian ikan atau pariwisata di selatan Jawa," kata Yuli kepada KBR, Rabu (29/11/2017).


Yuli mengatakan, angin kencang dan gelombang tinggi itu diperkirakan merata di sepanjang pesisir selatan Jawa. Nelayan yang perlu mewaspadai gelombang tinggi itu misalnya yang berada di  Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap, Purworejo, Yogyakarta, serta sebagian kecil wilayah di utara Jawa seperti Brebes dan Tegal. Yuli memperkirakan, kecepatan angin di wilayah tersebut cukup kencang, yakni capai 65 kilometer per jam.


Yuli berkata, gelombang laut di beberapa wilayah seperti Lombok dan Bali, memang "hanya" setinggi 1,5 meter. Kata Yuli, tinggi gelombang itu masih relatif aman untuk melaut, asal menggunakan kapal besar, bukan perahu tradisional atau tongkang. Menurut Yuli, akan berbahaya apabila nelayan dengan perahu kecil memaksa melaut, karena selain gelombang tinggi, mereka juga dihadapkan pada angin kencang, akibat siklon tropis Cempaka yang sedang mengarah ke selatan-barat daya Indonesia ke arah Samudra Hindia.



Terisolasi

Kepala   Basarnas Jawa Timur Budi Prasetyo mengatakan upaya evakuasi dan pencarian korban di Pacitan  terkendala kondisi di lapangan yang masih terhalang genangan air dan material longsor. Selain itu, menurutnya, Basarnas juga masih mencermati potensi longsor susulan.

"Masih dimungkinkan adanya longsor susulan. Memang perlu kehati-hatian. Di bawah gugurannya tergenang air. Ini sudah mulai surut. Yang pertama sampai 1,5 meter lebih," ujar Budi, Rabu (29/11).


Tim Basarnas terus memantau kondisi di lapangan. Budi menjelaskan mereka sudah menyiapkan truk dan mobil penyelamat, perahu karet, serta alat berat. Jika kondisi cuaca memungkinkan, Jumat(1/12) mendatang satu armada helikopter juga akan dikerahkan.

Sementara itu Juru bicara pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Mudzakir menyatakan masih ada beberapa desa  yang terisolasi akibat banjir dan tanah longsor yang ditimbulkan siklon tropis Cempaka. Mudzakir mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor terjadi di 15 desa  di dua kecamatan di Kabupaten Pacitan.

Kata dia, setidaknya tiga desa di Kecamatan Pacitan masih terisolasi lantaran tanggul sungai jebol dan menutup akses jalan.

Pemandangan saat banjir merendam sejumlah desa dan kelurahan termasuk pusat Kota Pacitan, Jawa Timur, Rabu (29/11).

Pemandangan saat banjir merendam sejumlah desa dan kelurahan termasuk pusat Kota Pacitan, Jawa Timur, Rabu (29/11). (Foto: Antara)


"Untuk akses daerah terdampak, ini ada beberapa yang sudah bisa, dan masih ada beberapa juga yang belum karena ketinggian air masih sekitar 70 centimeter hingga 3 meter masih ada yang di Desa Sirnoboyo, karena lokasinya agak rendah, dan tanggulnya dari dua sisi  jebol semua. Kita hanya satu Fuso yang kita fungsikan, karena kalau kendaraan kecil tidak mampu," kata Mudzakir kepada KBR, Rabu (29/11/2017).


Mudzakir mengatakan, desa terdampak banjir dan tanah longsor itu kebanyakan berada di Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Arjosari. Sedangkan yang aksesnya masih terputus misalnya di Desa Sirnoboyo, Desa kembang, dan Desa Ploso di Kecamatan Pacitan. Karena akses evakuasi terputus, menurut Mudzakir, saat ini warga yang rumahnya terendam banjir  hanya bisa menginap ke rumah tetangganya yang bertingkat dan mengandalkan logistik seadanya.

Kata Mudzakir, seribuan warga kini  menginap di empat titik pengungsian, berupa gedung olah raga, kampus,dan rumah ibadah. Selain itu, di desa-desa yang yang   banjirnya tak parah, warga memilih mengungsi ke balai desa masing-masing. Kata Mudzakir, saat ini warga masih sangat memerlukan bantuan berupa selimut, makanan cepat saji, pakaian kering, dan obat-obatan, terutama untuk balita dan lansia.

Juru bicara pemerintah Kabupaten Pacitan Mudzakir menyatakan puluhan ribu rumah di sekitar 20 desa di Kabupaten Pacitan masih mengalami pemadaman listrik.  Pemadaman   karena beberapa menara transmisi listrik milik PT PLN roboh.


"Banyak yang masih padam, karena ketinggian air masih ada yang atapnya kena, makanya kita padamkan untuk keselamatan orang yang ada di situ. Itu ada 15 desa, dan itu masih ada lagi, di Harjo sari pun dipadamkan juga, karena di situ tanah longsor di beberapa titik di kecamatan lain. Karena masih ada cop-copan (stop kontak) dan saklar banyak yang masih tergenang," kata Mudzakir kepada KBR, Rabu (29/11/2017).


Mudzakir mengatakan, pemadaman listrik tak hanya terjadi pada 15 desa di Kecamatan Pacitan dan Arjosari yang terdampak banjir dan tanah longsor. Pasalnya, kata Mudzakir, masih ada beberapa desa di luar Kecamatan Pacitan dan Arjosari  yang turut mengalami pemadaman listrik, seperti di Kecamatan Kebonagung dan Ngadiroso. Namun, Mudzakir tak bisa memastikan jumlah rumah yang mengalami pemadaman listrik. Kata dia, aliran listrik itu akan segera pulih apabila banjir telah surut dan PLN memperbaiki menara transmisinya.


Editor: Rony Sitanggang

  • siklon tropis cempaka
  • siklon tropis
  • bencana banjir
  • bencana longsor

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!