NASIONAL

Menteri ESDM: Tujuh Masalah Migas Indonesia

"KBR, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebut ada tujuh masalah yang membelit sektor migas di Indonesia."

Ninik

Menteri ESDM: Tujuh Masalah Migas Indonesia
reformasi, migas, faisal basri, masalah

KBR, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebut ada tujuh masalah yang membelit sektor migas di Indonesia. Dimulai dari cadangan migas yang terus menurun akibat kegiatan eksplorasi kurang maksimal. Lifting minyak juga terus menurun dari puncak tertinggi tahun 1997 dengan 1,5 juta barel per hari, menjadi hanya 800 ribu barel saja. Ditambah lagi, besarnya kerugian akibat penuaan kilang minyak mencapai 10 triliun pertahun. Dia berharap tim reformasi tata kelola migas bisa menjadi terobosan perbaiki sektor migas. .

"Seluruh dari lima kilang kita, dikelola Pertamina, mengalami penuaan yang akut, tidak efisien. Rekan-rekan di ESDM tahu, kilang kita tidak mampu mengolah crude yang beragam, jadi hanya crude tertentu, produknya juga tidak bisa menghasilkan nilai tambah. Itung-itungan teman-teman di Pertamina, sejak 5 tahun terakhir, rata-rata kerugian kilang kita itu, 10 triliun pertahun," kata Sudirman Said di Kantor ESDM, (16/11)

Menteri ESDM Sudirman Said membeberkan bahwa pemerintah hanya mampu menyimpan cadangan operasi BBM 18 hari. Ini sangat berbeda dengan kondisi 10 tahun lalu, yang mampu menyimpan hingga 30 hari. Sementara, negara kita juga tidak memiliki cadangan BBM untuk keadaan darurat. Selain itu, menurut data, Indonesia menjadi pengimpor gasoline dan solar nomer dua di dunia. Masalah-masalah ini makin diperparah akibat lambatnya peralihan ke gas karena pembangunan infrastruktur yang juga amat lambat.


Editor: Rony Sitanggang

  • reformasi
  • migas
  • faisal basri
  • masalah

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!