NASIONAL

Mendagri: Tolong Pemda Prioritaskan Pengendalian Inflasi Daerah!

"Inflasi Indonesia sebesar 5,95 persen, masih terhitung landai dan lebih baik dari negara lain. Tapi bukan berarti Indonesia bisa lengah dengan perkembangannya ke depan."

inflasi

KBR, Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta Pemerintah Daerah (Pemda) memprioritaskan upaya pengendalian inflasi di setiap daerahnya.

Ia menyebut angka inflasi secara nasional dapat dikendalikan jika pemerintah daerah memberikan kontribusinya dengan baik.

"Tolonglah masalah inflasi ini betul-betul menjadi prioritas bagi kita semua. Bukan hanya berdampak pada pemerintah nasional. Tapi juga pada pemerintahan daerah. Karena para kepala daerah akan teruji. Karena kalau ada kekurangan apa-apa, kenaikan harga apa, bukan hanya pemerintah pusat, tapi pemerintah daerah yang nanti akan ditanyakan juga. Leadership di setiap rekan-rekan, gubernur, bupati walikota," ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Daerah (24/10/22).

Tito Karnavian menjelaskan inflasi Indonesia sebesar 5,95 persen, memang masih terhitung landai dan lebih baik dari negara lain. Tapi bukan berarti Indonesia bisa lengah dengan perkembangannya ke depan.

"Angka (inflasi) nasional merupakan penjumlahan dari langkah-langkah yang dilakukan oleh semua daerah, 548 daerah, baik provinsi, kemudian kota dan kabupaten, semua harus bergerak bersama," ucapnya.

Baca juga:

Mendagri Tito Karnavian mengatakan situasi global masih terus memberikan pengaruhnya pada kondisi perekonomian dunia. Perang antara Rusia dan Eropa misalnya, juga memberikan pengaruhnya pada Indonesia.

Sebab Rusia merupakan pemain besar di sektor ekonomi, pangan, bahan bakar, dan energi. Lalu Ukraina mendapat bantuan kekuatan dari Barat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang dalam hal ini juga memiliki kendali global di berbagai sektor.

"Sehingga, ini betul-betul berdampak kepada dunia. Semua tahu bahwa Rusia adalah salah satu pengekspor minyak nomor empat terbesar di dunia dan energi, terutama gas di Eropa sangat tergantung kepada Rusia. Apalagi menjelang musim dingin ini, kebutuhan akan gas sangat-sangat tinggi," katanya.

Baca juga:


Optimistis Membaik

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian domestik pada triwulan ketiga akan terus membaik.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut ekonomi ditopang oleh peningkatan konsumsi swasta dan investasi nonbangunan hingga tetap kuatnya ekspor. Selain itu kata dia, daya beli masyarakat juga masih terjaga di tengah kenaikan inflasi.

"Berbagai indikator bulan September 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi domestik. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tetap kuat, khususnya batu bara, CPO, serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan Pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan berbagai turunannya," kata Perry Warjiyo saat konferensi pers daring, Kamis (20/10/2022).

Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, spasial, kinerja positif ekspor ditopang oleh seluruh wilayah, terutama Kalimantan dan Sumatera, yang tetap tumbuh kuat.

Sementara perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama, seperti Perdagangan, Pertambangan, dan Pertanian. Dengan perkembangan tersebut kata dia, pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan bakal berada di kisaran proyeksi Bank Indonesia yakni 4,5 - 5,3 persen.

"Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan tetap kuat didorong oleh solidnya permintaan domestik sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas dan berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN), di tengah lebih dalamnya perlambatan perekonomian global," tambahnya

Editor: Agus Luqman

  • Inflasi
  • kenaikan harga
  • pertumbuhan ekonomi
  • resesi global

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!