KBR, Jakarta- Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan melaporkan hasil kerjanya kepada Presiden Joko Widodo, Jumat (14/10) siang ini.
Penyerahan temuan hasil investigasi itu dipimpin langsung Menko Polhukam sekaligus Ketua TGIPF Mahfud MD.
“Kami sudah sampaikan kepada presiden semua yang kami temukan dan semua rekomendasi untuk semua stakeholders. Baik yang dari pemerintah, PUPR, Menpora, Menkes dan sebagainya sudah kami tulis satu persatu rekomendasinya di dalam 124 halaman laporan,” Mahfud MD usai melaporkan hasil investigasi di Istana Presiden Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Mahfud mengatakan, hasil investigasi juga menunjukkan bahwa seluruh stakeholder yang terlibat dalam pertandingan laga Arema FC dan Persebaya itu saling menghindar dari tanggung jawab.
Kata dia, semua pihak yang terlibat berlindung di balik aturan-aturan dan kontrak-kontrak yang secara aturan sah.
“Nah kemudian di dalam catatan dan dokumentasi kami juga disebut jika kita selalu mendasarkan diri pada norma formal, maka semuanya menjadi tidak ada yang salah. Karena yang satu mengatakan aturan yang sudah begini, sudah kami laksanakan, yang satu bilang saya sudah kontrak, saya sudah sesuai dengan statuta FIFA itu,” katanya.
Dalam rekomendasi yang disampaikan kepada presiden, Mahfud mengatakan, pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) harus bertanggung jawab secara hukum.
Selain itu, TIGPF menyatakan bahwa penyebab kematian massal usai pertandingan bola itu adalah tembakan gas air mata.
“Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya,” kata Mahfud.
Baca juga:
- Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan: Anak Saya Wajahnya Membiru
- Jumat, TGIPF Kanjuruhan Serahkan Laporan ke Jokowi
Kata Mahfud, dari fakta yang ditemukan TGIPF, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun medsos. Itu ditemukan usai merekonstruksi kamera CCTV milik aparat.
“Jadi itu lebih mengerikan dari sekadar semprot mati, semprot mati gitu. Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar yang satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk menolong temannya, terinjak-injak mati. Ada juga yang memberi bantuan pernapasan itu karena satunya sudah tidak bisa bernapas, membantu kena semprot juga mati gitu. Itu ada di situ lebih mengerikan daripada yang beredar karena ini ada di CCTV,” katanya.
Editor: Rony Sitanggang