NASIONAL

Kemenkes Masih Cari Tahu Penyebab Penyakit Ginjal Akut pada Anak

"Jadi Kemenkes telah bergerak cepat, merespons cepat, disamping melakukan surveilans atau penyelidikan epidemiologi terus melakukan penelitian-penelitian untuk mencari sebab penyakit gagal ginjal akut"

ginjal akut
Ilustrasi. (Foto: www.medicalgraphics.de/Creative Commons CC-BY-ND 4.0)

KBR, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyebut masih mencari penyebab dari penyakit gagal ginjal akut pada anak.

"Jadi Kemenkes telah bergerak cepat, merespons cepat, disamping melakukan surveilans atau penyelidikan epidemiologi terus melakukan penelitian-penelitian untuk mencari sebab-sebab terjadinya penyakit gagal ginjal akut," kata Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, saat konferensi pers virtual, Selasa (25/10/2022).

Mohammad Syahril menduga lonjakan gagal ginjal akut saat ini karena cemaran senyawa kimia pada obat tertentu, yang saat ini telah teridentifikasi oleh Kementerian Kesehatan.

“Jadi, kasus gagal ginjal akut ini bukan disebabkan covid-19, vaksinasi covid-19 atau imunisasi rutin lainnya,” jelasnya.

Berita terkait:

Syahril melanjutkan, lembaganya berhasil mencegah penambahan penyakit gagal ginjal akut baru di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). 

Menurut Syahril Kemenkes telah mengeluarkan surat edaran melarang penggunaan, penjualan dan peresepan obat sirop untuk anak di fasilitas kesehatan.

"Sementara ini telah berhasil mencegah penambahan kasus baru di RSCM sebagai rumah sakit rujukan nasional ginjal, tidak ada pasien baru sejak tanggal 22 Oktober yang lalu," ungkapnya.

Hingga kemarin, jumlah temuan kasus gangguan ginjal akut mencapai 255 orang dan teridentifikasi di 26 provinsi, dengan tingkat kematian mencapai 56 persen.

Editor: Agus Luqman

  • gagal ginjal akut
  • gagal ginjal akut anak
  • Kemenkes
  • penyakit gagal ginjal akut anak

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!