NASIONAL

IPW Soroti Rendahnya Profesionalisme Polisi di Tragedi Kanjuruhan

""Profesionalisme anggota polisi pada level bawah pelaksana itu rendah ya yang menjadi pokok sebabnya. Kalau profesionalismenya tinggi tidak akan terjadi kesalahan prosedur""

Astri Septiani

IPW Soroti Rendahnya Profesionalisme Polisi di Tragedi Kanjuruhan
Penanganan kepolisian di Tragedi Kanjuruhan. (Foto: Antara/Ari Bowo)

KBR, Jakarta - Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mengkritik rendahnya profesionalisme Kepolisian, terutama di level bawah, saat Tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur terjadi.

"Profesionalisme anggota polisi pada level bawah pelaksana itu rendah ya yang menjadi pokok sebabnya. Kalau profesionalismenya tinggi tidak akan terjadi kesalahan prosedur, enggak perlu tahu lah tentang regulasi FIFA. Tetapi dengan cara logis dan mengambil pertimbangan dengan situasi bahwa di dalam stadion itu gas air mata tidak mudah terurai akan menyebabkan penderitaan itu kan tidak boleh dilakukan. Karena di dalam stadion, sama saja ruang tertutup," katanya saat dihubungi KBR, Kamis (13/10/2022) kemarin.

IPW meminta Kepolisian mengusut tuntas kasus ini sesuai fakta, sekaligus mengevaluasi kinerja dan profesionalisme anggotanya.

IPW juga menilai, pernyataan Polri soal gas air mata tak menyebabkan kematian pada tragedi kanjuruhan merupakan bentuk membela diri, di tengah banyaknya sorotan publik.

Menurut Sugeng, ada banyak faktor yang membuat korban di Stadion Kanjuruhan tewas. Mulai dari gas air mata menyebabkan sesak nafas dan pintu yang tertutup sehingga kekurangan oksigen. Fakta itu, yang tidak boleh diabaikan dan harus diusut.

"Jadi itu tidak ada problem sebetulnya yang mengakibatkan kematian langsung, tidak. di Kanjuruhan itu kombinasi ketika ditembakkan bisa sesak nafas karena pekat, iya. Tapi itu juga tidak mengakibatkan kematian menurut saya. Tetapi kemudian ketika sesak napas dia masuk ke pintu yang tertutup itu. Di situ berjubel kandungan oksigennya tipis karena sudah tersedot oleh semua banyak orang mereka kekurangan oksigen," ungkapnya.

Kepolisian, tambah Sugeng, harus bisa mengungkap dugaan perencanaan dari pihak tertentu yang menimbulkan kekacauan dan berujung kematian ratusan orang di tragedi tersebut.

Baca juga:


Pada Senin (10/10/2022), Kepolisian mengklaim tidak ada korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan karena gas air mata. 

Juru bicara Mabes Polri, Dedi Prasetyo mengatakan, banyaknya korban tewas di Tragedi Kanjuruhan karena kekurangan oksigen.

"Para ahli, dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun korban-korban yang luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satupun menyebutkan penyebab kematian adalah gas air mata. Tetapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen. Karena apa? Terjadi berdesak-desakan, kemudian terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan," ujar Dedi dalam konferensi pers di Mabes Polri.

Dedi menambahkan, dampak gas air mata hanya akan menimbulkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.

Editor: Kurniati Syahdan

  • Tragedi Kanjuruhan
  • Korban Tragedi Kanjuruhan
  • rendahnya profesionalisme polisi
  • profesionalisme kepolisian
  • gas air mata
  • IPW

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!