NASIONAL

ICSF Soroti Minimnya Ahli Keamanan Siber Bersertifikat di Indonesia

"Padahal, kebutuhan engineer khusus keamanan siber ini makin tinggi seiring meningkatnya serangan siber beberapa tahun terakhir ini."

Muhamad Ridlo Susanto

keamanan siber
Ilustrasi. (Foto: Creative Commons)

KBR, Cilacap – Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) menyoroti minimnya engineer yang memiliki keahlian khusus cyber security atau keamanan siber di Indonesia.

Padahal, kebutuhan engineer khusus keamanan ini makin tinggi seiring meningkatnya serangan siber beberapa tahun terakhir ini.

Ketua ICSF, Ardi Suteja mengatakan di Indonesia masih jarang ada ahli bersertifikat atau lembaga tersertifikasi di bidang keamanan siber.

Untuk memperoleh sertifikat tersebut, kata Ardi, dibutuhkan keahlian dan standar khusus yang harus dilalui dengan berbagai pelatihan dan proses dalam durasi waktu tidak pendek.

Selain itu, sertifikat untuk lemabaga developer ini juga mahal, yakni mencapai kisaran Rp1,4 miliar.

Ardi mengemukakan, kebanyakan developer atau pengembang website di Indonesia belum memenuhi standar keamanan industri.

Ia mengatakan serangan siber bakal terus meningkat dan sulit dikendalikan karena lemahnya sistem dan tata kelola webiste tersebut.

"Kalau peretasan website pemerintah bukan hal baru, sudah sering. Karena memang lemah. Karena banyak website itu didesain, tidak mengikuti tata kelola dan kepatuhan sesuai dengan standar industri. Banyak yang mengembangkan webiste, yang memenuhi standar keamanan, misalnya sertifikati ISO2071 itu tidak banyak yang punya. Karena proses sertifikasi ISO2071 ini tidak mudah dan tidak murah," kata Ardi Suteja, usai mengisi stadium general di STMIK Komputama Cilacap, Senin (3/10/2022).

Baca juga:


Ardi Suteja mengungkapkan, saat ini kebutuhan enginer keamanan siber makin meningkat.

Karena itu, dia pun mengajak mahasiswa, pelajar dan masyarakat Indonesia mempelajari keamanan siber ini guna menekan seminimal mungkin potensi peretasan dan kebocoran data pribadi, maupun lembaga publik.

Laporan Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) sepanjang 2021 terjadi 203 serangan digital di Indonesia. Jumlah itu meningkat hampir 50 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 147 kejadian.

Sementara itu, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat jumlah serangan digital di Indonesia pada 2021 mencapai lebih dari 239 juta serangan siber.

Editor: Agus Luqman

  • keamanan siber
  • peretasan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!