NASIONAL

Antisipasi Kemenkes terhadap Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak

"Tren peningkatan pasien ginjal akut pada seratusan anak itu terjadi sejak Agustus 2022. Gejala yang dialami awalnya berupa infeksi batuk, pilek atau diare dan muntah."

Siti Sadida Hafsyah

ginjal akut
Ilustrasi. (Foto: Robina Weermeijer/Unsplash)

KBR, Jakarta - Sebanyak 131 anak yang tersebar di 14 provinsi se-Indonesia, mengalami gangguan ginjal akut misterius. 

Berdasarkan catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sampai saat ini penyebabnya belum diketahui.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, Eka Laksmi Hidayati menjelaskan tren peningkatan pasien ginjal akut pada seratusan anak itu terjadi sejak Agustus 2022.

Gejala yang dialami awalnya berupa infeksi batuk, pilek atau diare dan muntah. Dalam hitungan tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine.

"Sejauh ini kami sudah berupaya untuk mencari. Tetapi memang data-data belum mengarah pada titik tertentu. Meskipun sebetulnya investigasi kami lebih lengkap misalnya seperti yang diberitakan Gambia. Gambia itu memberitakan dia penyebabnya karena obat. Tapi sebetulnya banyak data-data yang mereka tidak periksakan," ucap Eka dalam jumpa pers daring, Selasa (11/10/2022).

Eka menjelaskan pada Agustus lalu, ditemukan ada 35 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak. Jumlah kasus meningkat pada September menjadi 71. Sementara bulan ini sudah ditemukan 9 kasus baru.

Seratusan pasien itu didominasi anak berusia di bawah lima tahun (balita) namun ada juga pasien berusia delapan tahun.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus gangguan atau gagal ginjal akut misterius pada anak itu kini diteliti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

"Gagal ginjal anak sedang diteliti dokter-dokter RSCM. Sudah ada hasilnya, tapi harus menunggu kesimpulan sebelum kita rilis ke publik nanti. Nanti sebentar lagi, harusnya sih minggu ini," kata Budi pada awak media, Selasa (11/10/2022).

Baca juga:

Keracunan obat?

Kementerian Kesehatan memastikan gangguan ginjal akut misterius pada seratusan anak itu tidak berkaitan dengan infeksi COVID-19. 

Meski begitu, hingga kini para ahli masih menganalisis penyebabnya. Dugaan awal infeksi itu mengarah pada keracunan obat.

Terkait dengan dugaan keracunan obat, Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta Badang Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengevaluasi distribusi obat yang beredar di Indonesia.

"Ini lah pentingnya kontrol dan fungsi BPOM, fungsi kontrol dan pengawasan obat. Kalau memang benar-benar bahwa obat itu beresiko tinggi, saya kira harus dalam pengawasan yang ketat dari dokter. Tidak boleh serta diberikan pada anak kita. Kalau ternyata obat itu pencetusnya, ya kita harus tarik . Tapi kan harus secara keilmuan, dampaknya seperti apa harus dibuktikan dulu," ucap Rahmad saat dihubungi KBR, Jumat (14/10/2022).

Meski demikian, perlu dipahami bahwa melakukan upaya antisipasi tidak kalah penting dari mengetahui penyebab anak mengalami gangguan ginjal akut.

Untuk menenangkan keresahan masyarakat, Dokter Spesialis Anak Konsultan Henny Adriani menjelaskan ada beberapa gejala gangguan ginjal akut, yang bisa orangtua waspadai pada anak.

"Jadi kalau misalnya kita punya anak, paling utamanya di bawah enam tahun. Yang dia mengalami demam, mengalami diare, kemudian ada gangguan saluran nafas, atau mungkin muntah. Kemudian kita harus, harus memperhatikan produksi air kencing dari anak kita. Kita harus rajin-rajin buka popoknya, ada kencingnya enggak ya, berkurang enggak ya daripada biasanya," kata Henny dalam 'Gangguan Ginjal Misterius pada Anak' di IDAI TV, Senin (10/10/2022).

Baca juga:

Henny berharap para orang tua bergerak cepat memeriksakan kesehatan anak yang mengalami gejala awal, sebelum kondisi semakin memburuk.

"Gangguan ginjal akut itu kalau dia masih di tahap awal-awal memang paling sensitif itu kita lihat produksi urinnya. Tanda dan gejala itu akan muncul belakangan. Kalau produksi urin sudah turun, fungsi ginjal sangat turun rusak sampai 50 persen. Baru kita bisa lihat anaknya mulai bengkak, mungkin dia nafasnya cepat dan dalam, dia mulai ada gangguang elektrolit. Atau kejang karena tekanan darah tinggi atau kadar natrium di darah turun drastis," ujarnya.

Henny menekankan upaya pencegahan adalah yang utama harus dilakukan. Yakni dengan menjaga kesehatan ginjal anak, yang dipantau oleh orangtuanya.

"Paling mudah adalah kita menjaga kecukupan cairan. Pastikan kalau anak-anak di rumah itu minumnya cukup. Terus yang kedua, kita mesti mencegah infeksi ya. Infeksi saluran kemih (ISK) terutama. Jadi kalau misalnya anak-anak itu sudah mulai ada gejala, berkemih. Pipisnya sakit, atau misalnya anak mengeluh perutnya sakit, enggak ada penyebabnya yang jelas, demam-demam. Cepatlah berobat. Siapa tahu itu ISK dan kita bisa cepat mengobati. Itu yang paling simple yang bisa kita lakukan. Hal-hal lain kalau misalnya kita punya fasilitas untuk melakukan deteksi dini, kita bisa periksa urin, dan tekanan darah," lanjutnya.

Editor: Agus Luqman

  • gangguan ginjal akut
  • gangguan ginjal akut misterius
  • gagal ginjal akut misterius
  • ginjal anak
  • gangguan ginjal pada anak
  • gagal ginjal anak

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!