NASIONAL

Ancaman Resesi Global, Ekonomi Domestik Harus Jalan

""Global kita tidak bisa terlalu banyak andalkan sekarang, berarti kita harus betul-betul memaksimalkan potensi di dalam negeri.""

Astri Yuanasari

resesi global
ilustrasi: Resesi global, suasana di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (30/9/22). (Antara/M Risyal)

KBR, Jakarta- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi ancaman resesi global adalah dengan menjaga pergerakan ekonomi domestik di dalam negeri. Menurutnya, untuk negara dengan pasar domestik yang besar seperti Indonesia, resesi global masih bisa dihadapi. Alasannya, masih ada bantalan pergerakan ekonomi domestik di dalam negeri.

"Jadi artinya sepanjang kebijakan pemerintah ini tidak kontraproduktif terhadap itu. Jadi artinya memahami nih bahwa global kita tidak bisa terlalu banyak andalkan sekarang, berarti kita harus betul-betul memaksimalkan potensi di dalam negeri. Jadi satu, dari sisi daya beli dari masyarakat untuk domestik harus dijaga karena itu penopang ekonomi kita pada saat kondisi global mengalami tekanan," kata Faisal kepada KBR, Rabu (12/10/2022).

Faisal menambahkan, selain menjaga daya beli masyarakat, agar roda perekonomian domestik masih bisa berjalan, pemerintah harus bisa memberikan insentif bagi pelaku usaha di dalam negeri. Menurutnya, insentif ini juga harus diberikan secara benar dan  mencukupi. Sebab jika global mengalami tekanan, maka pelaku usaha akan bergantung kepada pasar dalam negeri.

Kata dia,   pemerintah juga harus bisa menentukan skala prioritas dalam kebijakan-kebijakan yang akan diambil, jangan sampai malah menghancurkan pasar domestik yang menjadi penopang ekonomi.

"Lalu di 2023 juga ada rencana untuk normalisasi kebijakan dari kebijakan fiskal mau ditekan pengeluarannya untuk bisa mencapai defisit di bawah 3 persen. Artinya belanja ditekan, insentif itu juga mulai dikurangi. Nah ini harus hati-hati dengan kondisi global yang seperti sekarang, karena kalau tidak hati-hati, tidak ada skala prioritas yang tepat, ini malah justru memukul pasaran domestik yang menjadi bantalan ekonomi kita," pungkasnya.



Baca juga:


Daya Beli

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, menjaga daya beli masyarakat adalah salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah agar pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa terjaga. Kata dia, untuk meningkatkan daya beli masyarakat yang mulai menurun, dalam jangka pendeknya adalah dengan memberikan bantuan sosial seperti bantuan langsung tunai (BLT).

Kata dia, dalam jangka waktu menengah dan panjang, pemerintah harus berupaya lebih untuk menjaga daya beli masyarakat.

"Jadi yang jangka menengah panjang adalah bagaimana supaya masyarakat ini, konsumen di dalam negeri ini, mereka punya uang yang cukup dari pendapatan mereka. Jadi artinya stimulus untuk mereka usaha, untuk bisa mereka meningkat pendapatannya karena mereka bekerja, nah itu yang penting. Jadi artinya stimulus usahanya juga harus diberikan secara optimal," kata Faisal kepada KBR, Rabu (12/10/2022).

Faisal mengatakan, insentif usaha bisa diutamakan untuk usaha-usaha mikro di kalangan bawah, dan usaha menengah dan usaha besar di sektor yang masih belum pulih akibat pandemi. Hal ini kata dia, untuk memastikan bahwa sektor-sektor usaha bisa terus berkembang agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar.

"Bukan hanya lapangan pekerjaan saja yang tercipta tapi tingkat pendapatannya juga naik," pungkasnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • resesi
  • resesi global
  • gejolak ekonomi global
  • daya beli
  • ekonomi domestik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!