BERITA

Antisipasi Bencana Hidrometeorologi Akibat La Nina dari Pelbagai Sektor

"Bencana itu diperkirakan terjadi akhir tahun ini sampai awal tahun depan"

Muthia Kusuma, Dwi Reinjani

Antisipasi Bencana La Nina
Terasering merupakan tangga di sawah-sawah dataran tinggi untuk mencegah longsor (FOTO: ANTARA/Harviyan Perdana)

KBR, Jakarta- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengklaim sudah menyiapkan sistem peringatan dini menghadapi potensi hidrometeorologi akibat fenomena La Nina di Indonesia. Bencana itu diperkirakan terjadi akhir tahun ini sampai awal tahun depan.

Wakil Menteri LHK, Alue Dohong mengatakan sistem itu meliputi alat peringatan dini longsor di hulu sungai, dan pemetaan daerah rawan limpasan guna mengurangi risiko bencana hidrometeorologi, serta kesiapan menghadapi kebakaran hutan setelah La Nina.

KLHK memiliki lima unit stasiun cuaca otomatis yang berada di hulu dan 12 unit stasiun pengamat arus sungai, serta 30-an unit sistem peringatan dini longsor.

Baca juga:

Dia memastikan, infrastruktur itu akan terus dikembangkan agar ada data yang representatif, khususnya data sampel pemetaan.

Cegah Longsor dengan Terasering

Antisipasi dampak La Nina juga dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengingatkan Kementerian Pertanian untuk gencar mengedukasi masyarakat mengenai sistem terasering di wilayah perbukitan.

Basuki menilai upaya itu bisa mengantisipasi bencana banjir dan longsor saat musim penghujan.

"Kementerian Pertanian, ini juga sangat sangat menentukan karena harus dapat mengedukasi dan melaksanakan cara olah tanam, terasering. Ini yang perlu saya ingatkan, kita sudah lama sekali tidak membicarakan tentang cara bercocok tanam yang terasering. Mohon maaf ini saya sebutkan. Saya di Provinsi Gorontalo, yang sedang gencar-gencarnya, demam menanam jagung dan ini akan terus digencarkan, tapi menanamnya tidak dengan terasering," ujar Basuki saat membuka Rakornas Antisipasi La Nina, Jumat (29/10/2021).

Baca juga:

Menteri PUPR Basuki mengatakan, jika sistem tanam di wilayah itu tidak diganti dengan terasering, maka akan terjadi erosi dan sedimentasi yang parah di area sungai dan danau.

Jaga Rantai Informasi

Persiapan menghadapi La Nina juga meliputi rantai informasi yang berkesinambungan kepada masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendorong pihak terkait untuk mengantisipasi putusnya rantai informasi peringatan dini kepada masyarakat di daerah rawan.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan berdasarkan pengalaman, rantai informasi bisa terputus ke desa-desa rawan bencana karena kendala teknis. Biasanya akibat cuaca ekstrem dengan kilat atau petir, sehingga listrik atau sinyal komunikasi terganggu.

Hal itu dikhawatirkan sebabkan kurangnya kesiapsiagaan daerah untuk hadapi bencana. Ia menginstruksikan agar petugas bersiaga menyampaikan informasi peringatan dini dalam 24 jam.

Editor: Sindu

  • La Nina
  • bencana alam
  • bencana ekologis
  • hidrometeorologi
  • KLHK
  • BNPB

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!