NASIONAL

Pojok Berbagi dan Pakkana Berbagi Rezeki, Inovasi Bantuan Sosial Saat Pandemi

Pojok Berbagi dan Pakkana Berbagi Rezeki, Inovasi Bantuan Sosial Saat Pandemi

KBR, Jakarta-  Pandemi COVID-19 berdampak pada hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk perekonomian yang menurun drastis. Banyak orang kehilangan pekerjaan, seperti para buruh, pekerja harian, pedagang dan beberapa masyarakat lain yang mungkin juga kehilangan penghasilan, padahal mereka adalah tulang punggung keluarga.

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak dari COVID-19 ini dengan menggulirkan bantuan. Beberapa daerah di Indonesia, menjadikan pandemi COVID-19 menjadi momentum untuk saling tolong menolong. Banyak masyarakat berinisiatif untuk melakukan program bantuan sosial dalam upaya menanggulangi dampak COVID-19 dengan cara bergotong royong.

Misalnya saja, terobosan yang dilakukan warga Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Mereka membuat program "Pojok Berbagi"

Menurut Camat Gunung Puyuh Aries Ariandi, Pojok Berbagi merupakan sebuah tempat untuk masyarakat yang kurang mampu atau terdampak, untuk bisa mengambil berbagai kebutuhan pokok, semisal beras, mi instan, telor ayam dan lain-lain. Sebaliknya, warga yang berkecukupan dapat berbagi atau memberi berbagai macam keperluan masyarakat.

“Di Pojok Berbagi ini kami menyiapkan ruang atau tempat yang kami sediakan untuk masyarakat dapat berinteraksi sosial dengan konsep ‘mengambil’ bagi yang membutuhkan dan ‘menyimpan’ bagi yang berkelebihan. Jadi peranan kami adalah bagaimana mengajak warga masyarakat untuk saling berbagi di masa pandemi saat ini,” Aries menjelaskan di program Ruang Publik KBR, Kamis (22/10/2020).

Ia menambahkan, uang tunai yang diterima dari pemerintah pusat melalui program BLT, akan 'disulap' menjadi sembako. Kecamatan ini bekerjasama dengan Kota Sukabumi, pengusaha dan masyarakat membantu warga yang tidak tercover melalui bantuan tadi. Setelah didata melalui RT dan RW, barulah bantuan diserahkan.

Kecamatan Gunung Puyuh pada awal pandemi merupakan wilayah zona merah, kemudian sempat menjadi zona kuning pada  September lalu. Dan kembali menjadi zona merah hingga sekarang.

“Jadi wilayah kami di Kecamatan Gunung Puyuh merupakan wilayah sarana pendidikan, baik institusi pendidikan pemerintah, maupun swasta. Awal COVID-19 sampai ke daerah kami adalah adanya institusi yang melaksanakan kegiatan, sehingga mengakibatkan penularan dan jumlah warga yang terkonfirmasi cukup besar,” tutur Aries.

Mayoritas mata pencaharian warga di tempat ini bergerak di bidang jasa. Semilal PNS, dokter, bidan, Asisten Rumah Tangga (ART), karyawan swasta/ pabrik, buruh tani, driver, dan banyak jasa lainnya.

"Pandemi saat ini berpengaruh besar pada kondisi ekonomi masyarakat, mengingat banyak aktivitas perekonomian yang harus terhenti. Hal ini mengakibatkan kegiatan masyarakat Gunung Puyuh dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar tidak dapat terpenuhi, sehingga muncul istilah baru di masyarakat kami yang disebut misbar atau miskin baru,” tuturnya.

Aries berharap dengan adanya program "Pojok Berbagi" yang berada di Jalan Bhineka Karya, Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh ini, bisa menolong warga misbar atau warga terdampak pandemi.

"Semoga selalu ada kesadaran pada masyarakat untuk membudayakan berbagi dan memberi daripada meminta. Inilah yang selalu kami tumbuhkan agar kehidupan sosial di daerah kami bisa berjalan dengan baik," harapnya.

Pakkana Berbagi Rejeki

Jika di Gunung Puyuh bantuan sosial untuk masyarakat terdampak pandemi diberikan dalam bentuk sembako, kalau di Pakkana Sulawesi selatan, bantuan diberikan dalam bentuk uang, melalui program Pakkana Sifaletengeng Dalle (Pakkana Berbagi Rejeki).

Menurut Kepala Desa Pakkana Wikra Wadana, bantuan ini memang diperuntukkan kepada warga yang memang benar-benar tidak mampu. Untuk bisa menemukan kandidat penerima yang tepat sasaran, Wikra bersama warga berusaha memantau warga lain yang menjadi sasaran utama untuk menerima bantuan.

“Ada beberapa program bantuan dari pemerintah pusat, misalnya Program Keluarga Harapan (PKH). Sesuai dengan aturan yang ada bahwa terkait dengan BLT yang diatur di peraturan menteri bahwa yang layak menerima BLT yang bersumber dari dana daerah itu adalah warga yang kehilangan pekerjaan atau yang tidak tercover oleh program PKH dan program bantuan lainnya,” jelas Wikra.

Wikra menambahkan, berapa bulan terakhir, Pakkana sedang melaksanakan karantina wilayah atau karantina lokal. Ini tentu berdampak pada perekonomian warga.

“Ini sangat berdampak sekali kepada warga masyarakat, kegiatan karantina mengakibatkan masyarakat tidak bisa beraktivitas secara bebas, sehingga memengaruhi kegiatan perekonomian warga Pakkana yang mayoritas bekerja sebagai pedagang,” tuturnya.

Editor: Rony Sitanggang

(Redaksi KBR mengajak anda untuk bersama melawan virus covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni: Memakai masker, Menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun)

  • #satgascovid19
  • #IngatPesanIbu
  • #pakaimasker
  • #jagajarak
  • #hindarikerumunan
  • #cucitangan
  • #cucitanganpakaisabun
  • #KBRLawanCovid19

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!