BERITA

Modus Kondom dan Teh Cina, Bareskrim Bekuk Penyelundup Sabu Puluhan Kilogram

""Modus ini dikendalikan di negara asal dia dari Thailand kemudian sampai di Indonesia ada lagi pengendalinya,""

Modus  Kondom dan Teh Cina, Bareskrim Bekuk Penyelundup Sabu Puluhan Kilogram
Bareskrim Polri menunjukkan tersangka dan bukti penyelundup narkotika jaringan Afrika dan Thailand, Kamis (17/10). (Foto: KBR/Heru H.)

KBR, Jakarta-  Bareskrim Polri mengungkap jaringan pengedar narkoba Internasional Afrika,  Thailand, dan Indonesia. Wakil Direktur Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Wadir Dittipidnarkoba) Bareskrim Polri Krisno Halomoan Siregar mengatakan jaringan internasional itu dibekuk saat di bandara internasional Soekarno-Hatta.

Kata dia, narkotika ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan fisik oleh bea cukai.

"Masuknya narkoba ada berbagai macam cara. Ini yang masuk tempat-tempat resmi seperti bandara internasional Soekarno-Hatta. Tentunya bukan suatu ketidaksengajaan, airlines tertentu  dan jamnya menjadi suatu kecurigaan," kata Krisno di gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (17/10)


Wadir Dittipidnarkoba Krisno Halomoan Siregar polisi mengatakan dari dua jaringan internasional itu polisi telah menangkap satu orang warga negara Kamerun dan empat orang warga negara Thailand.


Selain pelaku pengiriman, polisi juga menangkap dua orang pelaku penerima barang yang merupakan warga negara Indonesia. Keduanya adalah Januar Rifai dan Hendro alias Kebot. Kedua penerima ditangkap pada lokasi yang berbeda.


"Modus ini dikendalikan di negara asal dia dari Thailand kemudian sampai di Indonesia ada lagi pengendalinya," kata Krisno


Dari penangkapan jaringan internasional polisi menyita barang bukti 61 butir kapsul berisikan sabu dengan berat 1095 gram, dua bungkusan hitam dibalut kondom berisi sabu dengan berat 586 gram dan 30 bungkus teh cina berisi sabu seberat 31 kilogram.


Pelaku  dijerat pasal 112 ayat 2, pasal 113 ayat 2 dan pasal 114 ayat 2 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan ancaman pidana paling lama 20 tahun dan denda maksimal Rp10 miliar.


Riset BNN

Penyalahgunaan narkotika terjadi di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pelajar sampai pekerja. Tempat peredaran narkotika juga meluas. Tidak hanya di “tongkrongan” atau di kelab malam, barang adiktif itu juga diedarkan di lingkungan tempat kerja.

Fenomena ini diketahui dari hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2018.

“Berdasarkan survei, dari sisi perolehan narkoba bahwa hal yang harus diwaspadai, ternyata narkoba terutama ganja disusul sabu relatif mudah diperoleh di tempat kerja,” ungkap BNN.

“Dapat disinyalir bahwa tempat kerja menjadi salah satu tempat transaksi dan penyalahgunaan narkoba,” tambah mereka.


Lingkungan Kerja yang Rawan Narkoba

Dari survei terhadap 5.200 pekerja yang tersebar di 9 sektor usaha dan 13 provinsi, BNN menemukan prevalensi pemakaian narkoba paling tinggi ada di sektor:

    <li>Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi (2,8 persen);</li>
    
    <li>Jasa Kemasyarakatan dan Sosial Perorangan (2,6 persen);</li>
    
    <li>Konstruksi (2,3 persen);</li>
    
    <li>Industri Pengolahan (1,9 persen), dan;</li>
    
    <li>Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel (1,8 persen).</li></ol>
    

    Prevalensi pemakaian narkoba paling banyak ditemukan di level pimpinan, manajer, supervisor, mandor (2,4 persen), diikuti pekerja pelaksana, operator dan staf (2,3 persen). Sedangkan pekerja administrasi memiliki prevalensi paling rendah (1,1 persen).

    Menurut survei BNN, mayoritas pekerja memakai narkoba karena ingin tahu atau coba-coba, dibujuk teman, ingin bersenang-senang, atau dijebak. Sedangkan pekerja yang memakai narkoba karena alasan stress terhitung sangat sedikit.

    Editor: Rony Sitanggang
  • Hari Anti Narkotika Internasional
  • BNN
  • tenaga kerja
  • narkoba
  • narkotika

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!