BERITA

Karhutla Tahun 2019 Lebih Parah dari Tahun Lalu

Karhutla Tahun 2019 Lebih Parah dari Tahun Lalu
Kebakaran hutan dan lahan gambut di Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (15/10/2019). (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan gambut (karhutla) yang terjadi tahun ini lebih parah dari tahun lalu.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepanjang tahun 2018 ada sekitar 529 ribu hektare hutan dan lahan gambut yang terbakar.

Dan tahun ini, sepanjang periode Januari-September 2019 saja luas karhutla sudah mencapai sekitar 857 ribu hektare.

"Kurang lebih kenaikannya 160 persen dibandingkan bulan lalu. Pada Agustus 2019 itu luasan yang terbakar 328.724 hektare," kata Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Panjaitan, seperti dikutip Antara, Senin (21/10/2019).

Raffles memaparkan, dari total 857.756 hektare lahan yang terbakar sampai September 2019, sekitar 630.451 hektare adalah lahan mineral, sedangkan 227.304 hektare sisanya lahan gambut.


Api Belum Padam

Selain faktor manusia, Raffles mengklaim bencana karhutla dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim.

"Masih ada El Nino, kemudian juga ada pergerakan arus panas dari Australia ke Asia, termasuk ke Indonesia. Kemudian penumpukan bahan baku yang sudah lama, dan masyarakat masih menggunakan pola-pola lama membersihkan lahannya menggunakan api," katanya.

Raffles juga menegaskan sampai saat ini pemerintah masih berupaya melakukan pemadaman karhutla.

"Hasilnya pada titik di daerah rawan mengalami penurunan, meski belum berhasil memadamkan semua titik-titik api," kata Raffles lagi.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim penghujan di Indonesia akan datang antara akhir Oktober sampai pertengahan November 2019.

Meski hujan bisa membantu memadamkan karhutla, BMKG memberi peringatan akan adanya potensi bencana lain di musim penghujan seperti tanah longsor dan banjir.

Editor: Agus Luqman

  • Karhutla
  • ispa

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!