BERITA

Siapkah Menghadapi Revolusi Industri 4.0?

"Industri 4.0 membantu manusia membuat keputusan atau solusi yang terlalu bahaya, di mana dalam era ini mesin dan manusia bisa berkomunikasi langsung."

Yogi Ernes

Siapkah Menghadapi Revolusi Industri 4.0?
Ilustrasi industri 4.0 (Foto: Pixabay/Creative Commons)

KBR, Jakarta - Pemerintah saat ini terus membahas soal industri generasi ke-empat atau industri 4.0. Bahkan Presiden Joko Widodo telah meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0.

Tapi sebagian orang barangkali masih ada yang tidak tahu apa itu Industri 4.0 serta dampak penerapannya terhadap industri juga masyarakat. Chairman SHIFT Indonesia, Ferdinan Hasiholan bersama Head of TechnoloGY Innovation SSCX International, Septijo Guwono berbagi cerita soal industri 4.0 ini dalam program Ruang Publik KBR, Selasa (9/10/2018).

"Industri 4.0 itu tahap terbaru atau keempat dari gelombang revolusi industri. Di tahap ini akan mengedepankan teknologi kecerdasan buatan, big data," kata Septijo Guwono menjelaskan.

Revolusi industri tahap pertama dimulai pada paruh kedua abad 18 dengan ditemukannya mesin uap lantas digunakan besar-besaran untuk industri. Tahap kedua dari revolusi industri terjadi pada awal abad 20 dengan penggunaan roda berjalan dan rantai produksi untuk industri massa.

Lalu, era 60-an revolusi industri tahap ketiga terjadi. Momen ini ditandai dengan penggunaan teknologi informatika, yakni komputer untuk otomatisasi.

Dalam penjelasannya, Septijo mengungkapkan bahwa revolusi industri 4.0 bakal memengaruhi proses produksi industri dari hulu hingga hilir. Hal ini terjadi karena pengaruh dari sistem revolusi 4.0 yang mampu membuat keputusan-keputusan dari hal sederhana hingga rumit.

Industri 4.0 juga membantu manusia membuat keputusan atau solusi yang terlalu bahaya bagi manusia. Pasalnya, cara kerjanya akan dibantu mesin--di mana dalam revolusi industri mesin dan manusia bisa berkomunikasi secara langsung.

Sementara Ferdinan Hasiholan menjelaskan revolusi 4.0 akan banyak mendatangkan manfaat bagi pelaku usaha. Baik secara langsung maupun tak langsung.

"Jadi kalau manfaat langsung itu bakal meningkatkan konsistensi, produktivitas, dan mutu produk. Revolusi ini juga akan menurunkan resiko kesehatan dan keselamatan kerja serta mengurangi kerusakan produk," terang Ferdinan.

Sedangkan manfaat tidak langsung industri 4.0 diakui Ferdinan akan membantu pelaku usaha mendapatkan data historis untuk keperluan analisis, prediksi kontrol rantai pasukan, serta mesin learning.

Dalam menghadapi perubahan industri 4.0 ini, keduanya sepakat harus ada sejumlah strategi dari para pelaku usaha. Yang paling awal adalah berinvestasi di bidang sumber daya manusia. Hal ini karena industri 4.0 akan sangat membutuhkan orang-orang dengan kemampuan teknologi digital yang mumpuni.

Langkah berikutnya, mengarahkan operasional usaha dengan full digital. Yakni dengan menghubungkan seluruh aspek mulai dari pemasok, transportasi, ditribusi, gudang, logistik, hingga ke pelanggannya langsung dalam sebuah sistem agar data-datanya lengkap.


Langkah Pemerintah Hadapi Industri 4.0

Untuk menghadapi kondisi ini, pemerintah Indonesia menyiapkan beberapa strategi untuk beradaptasi dengan revolusi 4.0. Rinciannya tertuang pada roadmap Making Indonesia 4.0. Salah satunya dengan memetakan prioritas industri.

"Jadi dalam roadmap tersebut, Indonesia mengutamakan lima industri yang diharapkan menjadi tulang punggung Indonesia agar menjadi kekuatan ekonomi 10 besar dunia," jelas Septijo. 

Lima industri yang disiapkan pemerintah Indonesia antara lain industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektroik, serta kimia. Dalam roadmap tersebut, Indonesia akan menganggarkan 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk penelitian dan pengembangan.

Bukan hanya mendorong lima industri untuk disiapkan sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, Making Indonesia 4.0 juga membuat 10 inisiatif nasional menghadapi revolusi industri 4.0. 

Kesepuluh terobosan nasional itu mencakup perbaikan alur aliran barang baku, desain ulang zona industri, mengakomodir standar keberlanjutan, pemberdayaan UMKM, pembangunan infrstruktur digital nasional, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembangungan ekosistem inovasi, pemberian insentif teknologi, serta terakhir adalah harmonisasi aturan dan kebijakan.

Pada akhir sesi perbincangan, Ferdinan menyatakan Industri 4.0 sudah di depan mata dan menuntut siapapun segera beradaptasi. "Pilihannya itu cuman kita transform or die," kata Ferdinan.




Editor: Nurika Manan

  • Revolusi Industri
  • Industri 4.0
  • Making Indonesiaa 4.0
  • Big Data

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!