NASIONAL

Pentingnya Memulihkan Kesehatan Mental Usai Bertugas di Lokasi Bencana

""Salah satu cerita saat bencana Palu, ada jurnalis yang sedang sibuk mengambil gambar, tapi di saat bersamaan ia melihat ada korban yang meminta tolong.""

Pentingnya Memulihkan Kesehatan Mental Usai Bertugas di Lokasi Bencana
Relawan mengevakuasi korban bencana tsunami di Palu. (Foto: ANTARA FOTO: M.Adimaja)

KBR, Jakarta – Saat terjadi bencana alam, sebagian orang bakal fokus ke pemulihan fisik dan psikis korban. Padahal rupanya, pemulihan--apalagi psikis--bukan saja diperlukan korban atau penyintas bencana, melainkan juga para pekerja kemanusiaan. Mereka yang membantu penanganan saat dan pascabencana pun berpotensi mengalami trauma. Baik itu petugas medis, pasukan TNI/Polri pekerja sosial ataupun jurnalis. Pemulihan kejiwaan ini dibutuhkan untuk memastikan kesehatan mental tetap terjaga.

Livia Iskandar, pendiri Yayasan Pulih--sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada pendampingan psikososial dan psikologis akibat kekerasan dan bencana--berbagi pengalaman mengenai gangguan mental yang kerap menimpa para pekerja kemanusiaan setelah pulang bertugas dari lokasi bencana.

"Gejala pertama yang kerap dialami adalah akan sulit tidur ya. Kita bakal teringat terus sama kondisi di lokasi. Bahkan cerita-cerita yang sedih di sana juga terbawa di mimpi kita. Kalau sudah parah, itu akan menganggu aktivitas kita sehari-hari," ungkap Livia dalam program Ruang Publik KBR, Senin (30/10/2018).

Namun ia menuturkan, tak setiap orang yang terpapar peristiwa traumatik pasti mengalami gangguan psikologis. Kondisi ini bergantung pada resiliensi atau kemampuan seseorang beradaptasi terhadap situasi sulit. Tapi Livia menggarisbawahi, jika usai bertugas di lokasi bencana seseorang mengalami gejala-gejala gangguan psikis dan kondisi tersebut dibiarkan, maka bisa berpotensi menyebabkan trauma.

"Salah satu cerita saat bencana Palu itu, ada jurnalis yang sedang sibuk mengambil gambar, tapi pada saat bersamaan ia melihat ada korban yang meminta tolong. Karena terlalu sibuk foto, ia terlambat menolong korban tersebut. Persitiwa tersebut menyisakan penyesalan yang besar ke sang jurnalis," cerita Livia.

Menurutnya, media atau organisasi lain yang menerjunkan anggotanya ke lokasi bencana, wajib memberikan jeda istirahat setelah bertugas. Tenggang waktu ini diperlukan untuk memulihkan kesehatan mental.

Proses pemulihan kejiwaan setelah bertugas di lokasi bencana bisa dimulai dengan hal-hal yang sederhana. Salah satunya, menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih. '"Me time dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat memainkan peran penting dalam memulihkan kondisi mental usai bertugas di medan yang berat."

Selain meluangkan waktu bagi diri sendiri dengan kegiatan atau hal-hal yang disuka, Livia juga menyarankan, jika memang dibutuhkan maka sesi konseling ke tenaga profesional di bidang psikis pun bisa dilakukan. Langkah ini ditempuh agar proses pemulihan berlangsung lebih cepat.

Yayasan Pulih, juga menjadi salah satu kelompok yang terbuka untuk melakukan sesi konseling tersebut.

"Kalau kami di Yayasan Pulih itu berdasarkan permintaan ya. Jadi jika ada relawan yang perlu konseling psikologis, kami biasanya berikan kelompok dukungan. Kami buat sesi untuk ruang yang nyaman supaya bisa ngobrol apa yang dialami, permasalahan apa dan kami bisa berikan alternatif untuk pemecahan masalahnya," jelas Livia kepada KBR.

Satu yang ditekankan Livia ke para pekerja kemanusiaan adalah untuk tidak merasa seperti pahlawan super. Artinya, mereka tidak disarankan memendam sendirian beban mental yang sedang dialami atau rasakan.

"Paling bahaya adalah jika kita suka mendam masalah sendiri dan nanti semuanya terakumulasi, maka nanti akan mengakibatkan implosion. Implosion itu semacam ledakan di dalam kondisi psikis sendiri dan akhirnya akan mengakibatkan kita menderita depresi atau psikosomatis," imbuh Livia. Ia juga menambahkan, bagi siapapun yang merasa memerlukan bantuan konseling dari Yayasan Pulih bisa menghubungi nomor layanan 081281174750.




Editor: Nurika Manan

  • Kesehatan Mental
  • Pekerja Kemanusiaan
  • Lokasi Bencana
  • Yayasan Pulih
  • jurnalis

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!