BERITA

Ini Pentingnya Menciptakan Kota Aman bagi Perempuan

"Apabila sebuah kota dinilai aman untuk anak perempuan dan perempuan, dapat dikatakan bahwa kota itu juga akan aman untuk semua kalangan."

Ini Pentingnya Menciptakan Kota Aman bagi Perempuan
Pentingnya kota aman untuk kaum perempuan. (Foto: PLAN International Australia)

Bisa tinggal di kota yang aman dan nyaman tentunya menjadi keinginan banyak orang, terutama kaum perempuan, yang seringkali mengalami diskriminasi dan kekerasan. Data yang dikeluarkan Komnas Perempuan pada Maret 2018 lalu, menunjukkan ada 348.446 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia selama tahun 2017. Jumlah tersebut melonjak jauh dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 259.150 kasus.

Tingginya jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan menunjukkan kondisi daerah-daerah di Indonesia yang masih belum aman untuk perempuan. Jakarta sebagai Ibukota, menurut survei Plan International, masih masuk dalam daftar kota yang paling tidak aman. Ini cukup menimbulkan kekhawatiran di masyarakat, terutama orang-orang pendatang yang berasal dari luar pulau Jawa.

“Kekhawatiran ada, was-was. Apalagi saya sering dengar teman saya banyak yang mengalami catcalling, atau berita kriminal yang terjadi sama perempuan di Jakarta, entah itu pencurian dan pelecehan seksual. Itu yang membuat di mata orangtua dan saya sendiri, Jakarta bukan tempat yang begitu aman untuk perempuan muda tinggal sendiri atau jalan-jalan sendirian,” kata Cindy, seorang mahasiswi rantau asal Kalimantan Barat.

Karena kecenderungan tersebut, mulai banyak lembaga-lembaga yang memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk mendorong upaya untuk menciptakan kota yang aman bagi kaum perempuan.

Penciptaan suatu kota yang aman dan nyaman adalah langkah yang sangat penting dan cerdas untuk dilakukan suatu pemerintahan. Nadira Irdiana, Advocacy Manager Yayasan Plan International Indonesia (YPII), mengungkapkan, apabila sebuah kota dinilai aman untuk anak perempuan dan perempuan, dapat dikatakan bahwa kota itu juga akan aman untuk semua kalangan.

Kemudian, Lily Puspasari, selaku Program Manaement Specialist UN Woman, mengaitkan kota aman bagi perempuan dengan perkembangan ekonomi suatu negara. “Potensi besar dari SDM itu tentu adalah perempuan dan anak perempuan. Apabila kesempatan (untuk perempuan) tidak diberikan saat awal, itu akan ada loss of economy, kesempatan ekonomi yang hilang dari suatu negara,” kata Lily.

Seperti apa kota aman buat perempuan?

Ada beberapa hal yang menentukan sebuah kota layak disebut aman atau tidak. Lily mengungkapkan, sebuah kota layak disebut aman apabila, kaum perempuan tidak memiliki lagi hambatan dan rasa takut untuk berpartisipasi secara penuh di dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikannya. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, tentunya pemerintah perlu turun tangan. Misalnya, dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai dan ramah untuk kaum perempuan, seperti penerangan jalan yang cukup.

“Secara umum, apa yang kita sebut kota lebih baik, secara infrastruktur, secara proteksi, fasilitas umum, itu kebanyakan masih negara-negara yang maju, seperti di negara-negara skandinavia, finlandia, norwegia, eropa, dan sebagainya,” kata Lily kepada KBR, Kamis (11/10/2018).

Ia juga menambahkan secara spesifik kondisi transportasi publik yang memadai, kesetaraan gender di masyarakat, penataan kota terutama dalam pencahayaan di jalanan, unsur aparat keamanan, serta rasa aman yang dimiliki perempuan dan anak perempuan itu sendiri, dapat menjadi tolak ukur sebuah negara ataupun kota layak disebut kota yang aman.

Nadira mengatakan fasilitas umum yang memadai dapat mengurangi kekerasan yang terjadi di suatu negara, terutama kekerasan seksual. Ia juga menambahkan pentingnya merubah pola pikir yang salah terhadap perempuan, terutama bagi laki-laki yang mungkin sering melihat perempuan sebagai objek seksual.

Pada bulan Maret lalu, media US News mensurvei lebih dari 9.000 perempuan untuk menentukan 80 negara terbaik di seluruh dunia untuk ditinggali kaum perempuan. Negara-negara tersebut dinilai dari hak asasi manusia, kualitas gender, kesetaraan pendapatan, kemajuan, dan keamanannya. Indonesia menempati urutan ke 61, jauh di bawah negara tetangga, Singapur yang menempati urutan 22.

Namun, menurut Dian, seorang guru yang tinggal di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, daerah tempat tinggalnya termasuk daerah yang aman. “Karena nggak di tengah-tengah kota banget, sih. Kalau Pasar Minggu kan masih agak ke pinggir, jadi masih aman.”

Sementara itu, posisi teratas dalam daftar 80 negara terbaik di seluruh dunia untuk ditinggali kaum perempuan menurut US News ditempati oleh negara-negara maju di Eropa, seperti Denmark, Swedia, Norwegia, Belanda, Finlandia, Swiss, dan Jerman. Adapun negara dari wilayah non Eropa yang masuk urutan 10 teratas yaitu Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

“Kemungkinan, kalau kita lihat disini anak perempuan sama perempuan dewasa itu kan sudah mulai ada di posisi-posisi strategis di pemerintah lokal. Nah, ini yang juga mempengaruhi keputusan soal kota yang aman itu baiknya seperti apa,” ungkap Nadira saat ditanya mengenai upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk menciptakan kota yang aman di wilayah Amerika, seperti New York, yang menempati urutan kedua dalam laporan tentang kota-kota yang dinilai paling aman di dunia untuk tahun 2018 menurut Global Smart City Performance Index.

Selain pihak pemerintah, kaum laki-laki, organisasi di bidang kemanusiaan yang bertanggung jawab mendukung terciptanya kota aman, kaum perempuan sendiri juga perlu melakukan usaha. Nadira mengatakan, partisipasi anak perempuan dan perempuan dewasa dalam pengambilan keputusan harus dipupuk sejak dini, agar kepemimpinan mereka terlatih dan dapat menempati posisi-posisi strategis di institusi-institusi yang berpengaruh.

Lily menambahkan, perempuan juga harus meningkatkan kewaspadaan, dan kalau perlu melakukan pertahanan diri secara fisik. “Yang bisa kita lakukan, pertama, meningkatkan kesadaran, kewaspadaan. Jadi kalau ada sesuatu, kita tahu harus kemana. Kemudian juga kita harus memperhatikan yang bisa kita lakukan secara pribadi, misalnya bisa self-defense.”  (mlk)

  • HAM
  • #harianakperempuansedunia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!