BERITA

Ini Penjelasan BPS Soal Metode Baru Hitung Produksi Beras

""Dengan mengamati titik pengamatan setiap bulan kita akan bisa mendapatkan data produksi setiap bulan dan kita bisa mengetahui potensi tiga bulan ke depan dan itu menjadi salah satu kelebihan.""

Resky Novianto

Ini Penjelasan BPS Soal Metode Baru Hitung Produksi Beras
Kepala BPS, Suhariyanto (kiri) saat menyampaikan keterangan soal metode baru penghitungan luas lahan panen dan produksi padi, Rabu (23/10/2018). (Foto: KBR/ Resky N)

KBR, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengklaim metode baru untuk menghitung luas panen dan produksi padi kini lebih tepat. Ia menjelaskan, Kerangka Sampel Area (KSA) ini merupakan metode penghitungan luas panen dengan menggunakan peta dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kementerian Agraria. Metode ini baru diterapkan untuk komoditas padi.

Langkah tersebut merupakan perbaikan dari metodologi penghitungan sebelumnya, setelah hasil riset sejak 2015 silam

Suhariyanto menjelaskan, penetapan luas lahan baku sawah dilakukan dengan menghitung luas panen padi melalui metode KSA. Proses ini menggunakan 24.223 sampel segmen lahan yang diamati secara visual di sembilan titik. Sehinga, setiap bulan metode ini bisa memantau hingga 217.053 titik amatan secara objektif.

"Apa manfaatnya? Dengan mengamati titik pengamatan setiap bulan kita akan bisa mendapatkan data produksi setiap bulan dan kita bisa mengetahui potensi tiga bulan ke depan dan itu menjadi salah satu kelebihan dari KSA (Kerangka Sampel Area) ini cepat," Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).

"Seberapa lama mengolahnya, biasanya kita butuh waktu setiap bulan kalau. (Contohnya) Januari 2018 itu kita butuh waktu dalam tiga minggu," tambah Suhariyanto.

Menurut Suhariyanto, pengamatan setiap bulan memungkinkan lembaganya memperkirakan potensi produksi untuk tiga bulan ke depan. Dengan begitu, basis perencanaan manajemen beras pun sudah bisa disusun lebih baik.

"Itu bisa kita selesaikan dan hasilnya jauh lebih cepat dengan metode KSA, sehingga ke depan pengolahan akan jauh lebih transparansi," jelas Suhariyanto.

"Pergerakan tiap bulan menguntungkan banyak pihak, karena kami bisa memperkirakan serta juga Bulog berapa kira-kira beras yang bisa diserap Bulog setiap bulan, daerahnya tertentu jadi ini bisa di breakdown setiap provinsi," tambahnya lagi.

Hingga kini verifikasi lahan menggunakan metode KSA telah dilaksanakan di 16 provinsi sentra produksi padi. Sementara 18 provinsi sisanya ditargetkan rampung akhir tahun ini.

"16 provinsi ini adalah provinsi-provinsi sentra produksi sehingga dari 16 provinsi ini sudah 87%. Jadi sudah cukup mewakili. Ke depannya tim dari ATR dan juga LAPAN akan melakukan verifikasi di provinsi-provinsi yang belum atau 18 provinsi lainnya yang kebetulan bukan sentra produksi beras," imbuh Suhariyanto.

Metode baru ini dikerjakan BPS berkerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Informasi Geospasial dan Lembaga Penerangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Baca juga: Beda Data Beras Jokowi Minta Gunakan Data BPS Saja 



Editor: Nurika Manan

  • Padi
  • BPS
  • panen padi
  • produksi padi
  • Suhariyanto

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!