BERITA

Beda Data Beras, Jokowi: Sudah, Pakai Itu Data BPS

"Menurut Presiden Jokowi, masalah perbedaan data ini sudah terjadi bertahun-tahun sejak 1997."

Beda Data Beras, Jokowi: Sudah, Pakai Itu Data BPS
Pekerja mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (23/10/2018). (Foto: ANTARA/ Aprilio A)

KBR, Tangerang - Presiden Joko Widodo  menegaskan mulai saat ini data produksi beras hanya akan mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Dia membenarkan selama ini data produksi beras tidak pernah sesuai kenyataan di lapangan. Menurutnya, masalah ini sudah terjadi bertahun-tahun sejak 1997.

"Sudah setahun lalu BPS menyampaikan ke kita. Ini yang mau kita benarkan, kita betulkan. Ya udah pakai itu," ujar Jokowi di ICE BSD, Rabu (24/10/2018).

Jokowi mengatakan penggunaan data beras tidak perlu diperdebatkan lagi. Kata dia, semua kementerian harus mengacu pada hasil kerja BPS.

"(Tidak boleh ada data lain?) Ya iya dong. Semua pakai, semua kementerian memakai anu (data) sendiri-sendiri."

Sebelumnya usai rapat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla , BPS mengumumkan hasil perhitungannya terhadap data produksi beras tahun 2018. BPS menyebut tahun ini produksi beras mencapai 32,42 juta ton beras. Estimasi ini lebih rendah 30% dari perhitungan Kementerian Pertanian. Kementan mengklaim produksi beras tahun ini 46,5 juta ton.

Baca juga:

    <li><b><a href="https://kbr.id/nasional/09-2018/nasdem_laporkan_rizal_ramli_ke_polda_metro_jaya/97335.html">Rizal Ramli Dilaporkan ke Polisi Karena Pernyataan Soal Impor</a>&nbsp;<br>
    
    <li><b><a href="https://kbr.id/nasional/09-2018/kemendag_pastikan_izin_sampai_oktober__bulog_tetap_ogah_lanjut_impor_beras/97312.html">Beda Jalan Impor Beras Kemendag dan Bulog</a>&nbsp;</b><br>
    



Editor: Nurika Manan

  • Presiden Jokowi
  • Presiden Joko Widodo
  • Joko Widodo
  • Data Beras
  • Beras

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!