BERITA

Alasan Jatam Kritik Investasi Hasil Pertemuan IMF-Bank Dunia

Alasan Jatam Kritik Investasi Hasil Pertemuan IMF-Bank Dunia

KBR, Jakarta - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengkritik komitmen investasi senilai USD 13,2 miliar atau Rp200 triliun, yang dikantongi pemerintah dari pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional/IMF-Bank Dunia di Bali.

Peneliti Jatam Ki Bagus Hadi Kusuma beralasan, sebanyak USD 7,7 miliar (Rp115,5 miliar) atau lebih dari separuh nilai investasi ada di sektor tambang dan energi. Bagus khawatir, banyaknya proyek tambang dan energi yang ditawarkan saat acara Indonesia Investment Forum tersebut justru berdampak buruk bagi lingkungan.

"Ini kan kekhawatiran yang sudah kita prediksi dari awal, karena dengan rezim yang sangat ramah investasi ini, ternyata andalan yang paling ditonjolkan adalah sektor pertambangan dan energi," kata Bagus kepada KBR, Jumat (12/10/2018).

"Kami kemarin juga kaget, enggak menyangka lebih dari 50 persen investasi dan utang yang dihasilkan dari Indonesia Investment Forum yang bersamaan dengan pertemuan IMF-World Bank ini, kami melihat percepatan eksploitasi sumber daya alam," lanjutnya.

Menurut Bagus, sektor tambang dan energi di Indonesia memang selalu menarik bagi investor asing, karena kebanyakan masih di bagian hulu. Kata dia, pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali malah jadi pintu masuk investasi yang bakal mengeksploitasi alam Indonesia secara besar-besaran.

Ia menilai, investasi ratusan triliun yang masuk kali ini takkan sebanding dengan kerugian pemerintah saat harus memulihkan lingkungan kelak.

Pada Indonesia Investment Forum 2018 yang digelar di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia, Indonesia menawarkan sejumlah proyek pada investor dari berbagai negara. Hasilnya, 19 proyek BUMN resmi mendapat dana hingga Rp200 triliun, yang Rp115 triliun di antaranya untuk investasi di sektor tambang dan migas.

Proyek tersebut yakni terkait penyediaan pasokan bijih nikel untuk proyek NPI di Maluku Utara, antara PT Aneka Tambang dengan Ocean Energy Nickel International dengan nilai USD 320 juta. Kemudian, kemitran strategis terkait pembelian saham PT Borneo Alumina Indonesia untuk pengembangan smelter grade alumina refinery antara PT Inalum dan PT Aneka Tambang dengan Aluminum Corporation of China Limited (Chalco), senilai USD 850 juta. Lantas, peluang investasi antara PT Pertamina dengan CPC Corporation Taiwan senilai USD 6,5 miliar, serta peluang investasi kelistrikan antara PT PLN dengan KFW senilai EUR 150 juta.

Adapun investasi pada sektor lain, seperti penerbangan sebesar USD 900 juta, transportasi USD 500 juta, manufaktur USD 200 juta, pariwisata USD 800 juta, pertahanan USD 100 juta, keuangan syariah USD 100 juta, serta konstruksi dan infrastruktur senilai USD 2,9 miliar.

Baca juga:




Editor: Nurika Manan

  • Jatam
  • Tambang
  • IMF-World Bank

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Irwansyah5 years ago

    Lalu bagaimana dengan ucapan Direktur IMF-WB setelah dikonfirmasi Media Kompas bahwa Indonesia tahun ini tidak membutuhkan Urang sama sekali. Berarti Pihak IMF-WB berbohong kepada kita semua ?