BERITA

Susi Minta Pengusaha Rumput Laut tak Kolusi dan Monopoli

Susi Minta Pengusaha Rumput Laut tak Kolusi dan Monopoli

KBR, Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta para pengusaha rumput laut untuk langsung membeli kepada petani, bukan ke tengkulak. Kata Susi, dalam kunjungannya ke Waingapu Nusa Tenggara Timur, ia menemukan  tengkulak bisa mengambil seperempat  dari harga rumput laut. Menurut dia hal itu tidak adil dan tidak baik bagi para petani. Susi juga meminta agar pengusaha tidak melakukan monopoli dan kolusi dengan pemerintah daerah (pemda). Hal ini disampaikan langsung oleh Susi di depan pimpinan seluruh asosiasi rumput laut Indonesia.

“Tidak diperbolehkan juga monopoli. Kalau ada orang beli harga lebih bagus, ya jangan diatur-atur. Ini yang terjadi di Waingapu. Katanya ada orang mau beli dari daerah lain lebih mahal tidak boleh oleh pemda setempat. Nah ini, pengusaha zaman sekarang saya mohon  tidak boleh lagi berkolusi memakai aparat, pemda atau provinsi, alat negara,” kata Susi di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jumat (9/10/2015).


Susi menambahkan, jika petani lebih untung maka mereka akan lebih senang dan terus menanam rumput laut. Karena saat ini menurut data kementeriannya, baru sekitar 3% potensi lahan rumput laut yang dimanfaatkan.


Selain itu ia juga meminta agar pengusaha bisa membeli rumput laut dengan harga lebih tinggi. Pada  7 Oktober 2015 lalu pemerintah dan asosiasi sepakat  membeli jenis rumput laut Glacilaria sp. Dengan harga minimal Rp 6.000 per kilogram. Sementara Eucheuma cottonii dipatok dengan harga minimal Rp 8.000 per kilogram.


“Kalau bisa jual harga Rp 7.000 dan Rp 9.000. Kalian resmikan pabrik, saya yang datang. Kalau tidak, ya palingan Dirjen (KKP) saja yang datang,” kata Susi.


Editor: Rony Sitanggang

  • petani rumput laut
  • Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
  • monopoli
  • kolusi
  • asosiasi rumput laut Indonesia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!