BERITA

Rusuh Singkil, TNI Fokus Jaga Perbatasan

"Penjagaan untuk mencegah pergerakan massa dari luar daerah ke Aceh Singkil."

Edy Saputra dan Rio Tuasikal

Rusuh Singkil, TNI Fokus Jaga Perbatasan
Gereja HKI Singkil (Foto: ist)

KBR, Aceh Singkil - Pasukan TNI akan fokus menjaga wilayah perbatasan Aceh Singkil, Aceh, sampai kondisi aman sepenuhnya. Panglima Kodam Iskandar Muda, Agus Kriswanto, mengatakan hal itu dilakukan untuk mencegah pergerakan massa dari luar daerah ke Aceh Singkil. Selain itu, pasukan TNI juga tetap menjaga wilayah-wilayah rawan konflik.

"Sesuai prediksi dan perkiraan situasi di tempat-tempat dan jalan-jalan. Jangan sampai ada mobilisasi dari daerah lain," ujarnya kepada KBR, Rabu (14/10/2015) pagi.

Agus Kriswanto juga meminta masyarakat tidak terprovokasi dengan isu-isu kebencian. Kata dia, potensi konflik lebih mudah diredam karena kedua belah pihak telah sepakat menghentikan kekerasan. 

Dua buah gereja di Aceh Singkil, kemarin, dirusak kelompok intoleran dengan alasan tidak punya izin. Padahal kedua gereja tersebut sudah berdiri sebelum peraturan pendirian rumah ibadah berlaku. Kelompok intoleran 6 Oktober lalu mendemo bupati untuk menutup gereja-gereja yang mereka anggap tidak berizin. Mereka mengultimatum bupati mengikuti paksaan itu dalam 7 hari dan mengancam beraksi sendiri jika tuntutan tidak dipenuhi.

Malamnya, Forum Kerukunan Umat Beragama setempat menggelar rapat yang menyepakati penutupan sejumlah gereja. Sepekan setelah tuntutan itu, kelompok intoleran turun ke lapangan dan menutup langsung gereja-gereja. Akibat peristiwa itu satu orang dilaporkan tewas dan empat luka-luka.  


Editor: Rony Sitanggang

  • rusuh singkil
  • gereaja singkil dibakar
  • Panglima Kodam Iskandar Muda
  • Agus Kriswanto
  • tni jaga perbatasan
  • Aceh Singkil
  • Toleransi
  • petatoleransi_01Nanggroe Aceh Darussalam_merah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!