BERITA

Kemendagri Indikasikan Peraturan di Aceh Singkil Salahi SKB 2 Menteri

Kemendagri Indikasikan Peraturan di Aceh Singkil Salahi SKB 2 Menteri

KBR, Jakarta- Kementerian Dalam Negeri Kemendagri mengindikasikan aturan yang dibuat kepala daerah di Aceh Singkil soal pembatasan rumah ibadah, menyalahi aturan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. Surat keputusan dua menteri itu mengatur soal pembangunan rumah ibadah.

Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Sonny Soemarsono mengatakan, pemerintah daerah tidak berwenang membuat aturan sendiri. Kata dia, saat ini timnya tengah memastikan bentuk aturan yang dibuat kepala daerah di sana. Jika melanggar, dia menjamin aturan tersebut bakal dicabut atau dibatalkan setelah proses evaluasi rampung minggu depan.

"Jadi soal gereja itu diatur oleh SE (surat edaran-red), kewenangan pusat, SE bersama, Menteri Agama, Mendagri. (Ada indikasi kuat peraturan itu melanggar?) Ya jelas, karena bupati nggak ada mengatur. Nah yang belum bentuknya itu mau peraturan (bupati) atau SE. Kalau peraturan bupati saya batalkan, kalau surat edaran, tegur, cabut," kata Sonny kepada KBR, (17/10).

Sebelumnya, terdapat surat edaran dan peraturan gubernur tentang pendirian rumah ibadah yang diduga memicu insiden pengrusakan dua gereja di Aceh Singkil. Dalam surat edaran 2011 misalnya hanya mengakui adanya satu gereja dan empat undung-undung atau semacam gereja kecil.

Sementara dalam Pergub nomor 25 tahun 2007, disebutkan rumah ibadah harus mendapat persetujuan 120 orang warga sekitar. Selain itu, rumah ibadah harus memiliki jemaat lebih dari 150 orang, disahkan lurah/kecik setempat.

Editor: Dimas Rizky

  • intoleransi
  • Agama
  • Aceh Singkil
  • pembakaran
  • Gereja
  • berita
  • Toleransi
  • gereja dibakar di aceh singkil
  • petatoleransi_01Nanggroe Aceh Darussalam_merah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!