NASIONAL

ILO: Tidak Ada Data Rinci Angkatan Kerja Disabilitas

"Pemerintah dianggap tidak memiliki data rinci tentang penyandang disabilitas atau cacat di usia produktif."

Guruh Dwi Riyanto

ILO: Tidak Ada Data Rinci Angkatan Kerja Disabilitas
pekerja, disable, cacat

KBR, Jakarta - Pemerintah dianggap tidak memiliki data rinci tentang penyandang disabilitas atau cacat di usia produktif. 


Koordinator Proyek Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Yohanes Pakereng mengatakan, ini karena pekerja disabilitas biasanya cukup dihitung sebagai bagian kelompok rentan. Akibatnya, penanganan pengangguran di kelompok disabilitas mengalami kesulitan.


"Oleh Kemenakertrans misalnya ia melihatnya tujuh juta lebih. Dinas Sosial hanya sekitar 3% jadi sekitar 6 jutaan. Jadi angkanya berbeda-beda.” kata Yohanes Pakereng di Jakrta, Jumat (17/10).


“Persoalannya, intervensi dari pemerintah juga terbatas.Lembaga internasional mau melakukan intervensi juga tidak bisa menentukan daerah yang pada disabilitasnya," tambah Yohanes. 


Yohanes Pakereng menuturkan, Badan Pusat Statistik bersama dengan ILO tengah melakukan penyusunan metodologi survey untuk merinci data angkatan kerja dari kelompok disabilitas. Ia berharap tahun depan penelitian itu sudah dapat berjalan.


Untungkan Perusahaan 


Sementara itu, pekerja penyandang disabilitas atau cacat dianggap lebih menguntungkan bagi perusahaan. Yohanes Pakereng mengatakan, tingkat produktivitas mereka bisa sekitar 30% lebih tinggi dari pekerja biasa.Syaratnya, mereka mendapatkan penempatan yang sesuai. Selain itu, pekerja dengan disabilitas lebih taat dan setia dalam bekerja.


"Pertama lebih produktif. Kedua, tingkat kehadiran. Mereka jarang terlambat. Survey diulang bukan hanya di Indonesia. Ketiga, tingkat berhenti sangat rendah. Karena orang dengan tuna netra misalnya, orang yang mau ke tempat kerjanya sudah tau rutenya, mereka jarang mau merubah rutenya.” 


ILO menambahkan, pekerja dengan disabilitas juga mendongkrak penjualan produk. Ini karena perusahaan mendapatkan citra positif di kalangan konsumen dengan mempekerjakan kelompok disabilitas. Akibatnya, produsen mendapat pangsa pasar baru.


"Ini juga menyangkut image dia di publik. Kalau ada produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang mempekerjakan orang dengan disabilitas image-nya lebih baik. Di Belanda contohnya, ditulis "produk ini dibuat oleh dengan penyandang disabilitas" orang jadi lebih tertarik untuk membeli," imbuh Yohanes Pakereng.


Editor: Antonius Eko 

  • pekerja
  • disable
  • cacat

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!