NASIONAL

Oreo, Gillette dan Clearasil Ikut Mendorong Kepunahan Harimau Sumatera

"KBR68H, Jakarta - Merek produk rumah tangga yang sumber bahan bakunya berasal dari pedagang minyak sawit berbasis di Singapura Wilmar International"

Doddy Rosadi

Oreo, Gillette dan Clearasil Ikut Mendorong Kepunahan Harimau Sumatera
oreo, gillette, hutan, harimau sumatera

KBR68H, Jakarta - Merek produk rumah tangga yang sumber bahan bakunya berasal dari pedagang minyak sawit berbasis di Singapura Wilmar International—seperti biskuit Oreo, pisau cukur Gillette, dan Clearasil— telah membuat konsumen menjadi kaki tangan perusakan hutan Indonesia, dan mendorong spesies yang terancam punah seperti harimau Sumatera menuju kepunahan.  Hal itu diungkapkan LSM lingkungan Greenpeace International dalam penyelidikan terbarunya.

"Sebagai pemain terbesar dunia di sektor kelapa sawit, Wilmar memiliki kekuatan untuk mengubah industri. Namun, hingga Wilmar berkomitmen untuk kebijakan nol deforestasi, perdagangan minyak sawit mereka dengan merek rumah tangga besar seperti P&G, Mondelez, dan Reckitt Benckiser tanpa disadari membuat konsumen turut mendorong kepunahan 400 harimau Sumatera yang tersisa di Indonesia," kata Bustar Maitar, Kepala Kampanye Hutan Indonesia Greenpeace Internasional dalam keterangan pers yang diterima KBR68H, Selasa (22/10).

Sektor kelapa sawit merupakan penyebab terbesar deforestasi di Indonesia juga sebagian besar hutan yang dijadikan konsesi kelapa sawit di Sumatera selama 2009-2011 teridentifikasi sebagai habitat harimau. Sektor perkebunan adalah ancaman utama bagi harimau Sumatera, dengan perkiraan hingga 1 juta hektar habitat primer harimau telah dialokasikan untuk konsesi.

Greenpeace memiliki bukti bahwa perdagangan yang dilakukan oleh Wilmar berasal dari perusahaan yang kegiatan usahanya meliputi pembukaan ilegal, kebakaran di lahan gambut, dan pembukaan habitat harimau. Laporan itu juga mendokumentasikan perkebunan kelapa sawit ilegal di dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, yang hasil panennya terlacak masuk ke pabrik Wilmar dan juga menyediakan bahan baku rantai pasokan minyak sawit Indonesia. Perkebunan kelapa sawit mendorong kehancuran hutan di Taman Nasional Tesso Nilo. Berdasarkan analisis pemetaan Greenpeace, hingga saat ini hutan di kawasan tersebut hanya tersisa seperempatnya.

Wilmar telah mengambil langkah untuk melestarikan hutan nilai konservasi tinggi (HCV) dan lahan gambut di konsesi sendiri. Namun konsesi tersebut hanya memasok kurang dari 4% atas total minyak sawit yang diperdagangkan dan yang diolah, sedangkan sisanya dihasilkan oleh pemasok pihak ketiga. Sementara Wilmar tidak memiliki sistem yang tepat untuk memastikan keterlacakan dalam rantai pasokan mereka.
 
Greenpeace menuntut Wilmar agar berhenti mencuci minyak sawit kotor ke pasar global, termasuk menuntut merek produk rumah tangga segera membersihkan rantai pasokan mereka.
 
Greenpeace Indonesia juga telah membentangkan spanduk guna menantang Wilmar untuk memilih perlindungan hutan, bukan pengrusakan. 

"Greenpeace memiliki sejarah dalam mengekspos ilegalitas dan pelanggaran lingkungan berat terkait dengan perusahaan—dari perusahaan minyak raksasa Rusia di Kutub Utara, yang berbuntut pada penangkapan 28 aktivis kami dan 2 orang videografer dan fotografer freelance,yang saat ini berada di penjara, hingga mengubah perusak hutan seperti APP di Indonesia. Tantangan untuk Wilmar dan perusahaan konsumennya untuk memperbaiki tindakan mereka. Greenpeace akan terus berdiri dengan jutaan orang di wilayah tersebut, yang menderita akibat kerusakan hutan," kata Bustar, mengacu pada krisis kebakaran hutan awal tahun ini.

Investigasi Greenpeace mengungkapkan merek-merek produk rumah tangga termasuk Colgate Palmolive, Mondelez Internasional, raksasa biofuel Neste Oil, Procter & Gamble, produsen perawatan pribadi Reckitt Benckiser dan beberapa perusahaan lain terungkap membeli minyak sawit kotor yang dicuci ke pasar global oleh Wilmar.

  • oreo
  • gillette
  • hutan
  • harimau sumatera

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!