NASIONAL

Perang Rusia-Ukraina Lama, Jokowi: Merembet ke Banyak Sektor

""Perang ini masih lama dan dampaknya menghitungnya juga sangat sulit. Ini mau imbasnya ke mana? Ke mana lagi gitu?""

krisis pangan
Presiden Jokowi dengan Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos dan Ibu Negara Filipina Louise Araneta di Gedung Sarinah, Jakarta, Senin (5/9/22).(Antara)

KBR, Jakarta-  Presiden Joko Widodo mengungkapkan prediksinya bahwa perang antara Rusia dan Ukraina bakal masih berlangsung lama. Ia menyebut sulitnya mendorong dialog antara kedua negara, saat dirinya bertemu langsung dengan kedua kepala negara pada kunjungannya ke Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu.

Ia menyebut dampak perang ini mesti betul-betul diantisipasi karena berpotensi merembet ke banyak sektor.

"Artinya perang ini masih lama dan dampaknya menghitungnya juga sangat sulit. Ini mau imbasnya ke mana? Ke mana lagi gitu? Pangan iya, sudah terjadi kenaikan harga pangan di seluruh negara, energi iya naik sampai 5 kali gas dan 2 kali minyak harganya naik. Terus nanti akan berimbas ke mana lagi? apakah ke keuangan? Iya juga akan lari ke sana juga. Tapi sejauh mana mempengaruhi growth, mempengaruhi inflasi? Negara mana yang kena? Nah ini yang kita harus hati-hati betul," kata dia saat acara Sarasehan 100 ekonom yang dilaksanakan oleh INDEF (7/9/22).

Kata dia untuk mengatasi dampak ini, tak hanya sekadar soal dampak ekonomi makronya saja, namun juga terhadap mikronya atau yang lebih kecil juga penting dikupas secara detail. 

Baca juga:

Jokowi mengajak masyarakat mengubah mindset bahwa ekonomi dunia geopolitik dunia sudah berubah.

Ia menyatakan Indonesia beruntung sebab dalam 7 tahun terakhit Indonesia telah membangun fondasi yang penting yakni infrastruktur mulai dari jalan tol hingga irigasi.

"Jalan tol telah terbangun sampai saat ini 2040 km, bandara ada 16 baru bandara, pelabuhan 18 baru seaport kita, bendungan sampai hari ini 29 tapi sampai akhir tahun nanti tambah lagi 9 berarti 38, irigasi 1,1 juta hektar yang baru bisa teririgasi. Sehingga kemarin kita mendapatkan dari International Rice Research Institute yang menyatakan bahwa ketahanan pangan sistem ketahanan pangan kita baik dan swasembada beras sejak 2019," tambahnya.



Editor: Rony Sitanggang

  • depresiasi rupiah
  • rupiah
  • Presiden Jokowi
  • krisis global
  • ancaman krisis pangan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!