BERITA

Klaster PTM, Luhut Lebih Khawatir Generasi ke Depan Bodoh Jika Sekolah Tutup

"PTM memang memiliki risiko. Namun dampaknya akan lebih besar jika sekolah tidak dibuka, karena bisa merusak generasi ke depan."

Wahyu Setiawan, Heru Haetami

Klaster PTM, Luhut Lebih Khawatir Generasi ke Depan Bodoh Jika Sekolah Tutup
Ilustrasi pembelajaran tatap muka di sekolah. Foto: Humas Pemkab Purbalingga

KBR, Jakarta- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan khawatir dengan generasi yang mengalami learning loss jika sekolah terus ditutup akibat pandemi Covid-19. Luhut mengakui, memang terdapat tantangan dalam pembelajaran tatap muka (PTM). Namun, dia mengklaim tidak terlalu khawatir lantaran pola penanganan sudah ada.

"Khusus masalah pendidikan tadi, kami tidak melihat ada masalah-masalah yang tidak bisa dikendalikan. Saya kira sistem yang dibangun Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Dikbud, saya kira sudah paten dan sudah bagus. Bahwa ada tantangan di sana-sini yes, kita lebih takut dan ngeri lagi kalau nanti generasi yang akan datang jadi tidak berpendidikan dan jadi bodoh," kata Luhut dalam konferensi pers, Senin (28/9/2021).

Luhut menambahkan, nasib pendidikan generasi mendatang harus menjadi pertimbangan dalam pembukaan sekolah. Ia menyebut, PTM memang memiliki risiko. Namun, dampaknya akan lebih besar jika sekolah tidak dibuka, karena bisa merusak generasi ke depan.

"Jadi seperti dalam operasi militer, selalu saya katakan calculated a risk. Apapun yang kita buat ini adalah calculated a risk. Tentu ada risikonya. Tetapi sangat lebih besar risikonya kalau sekolah ini tidak jalan. Itu akan merusak generasi kita yang akan datang," ujarnya.

Baca juga: 74 Siswa di Cilacap Terpapar Covid-19 

Senada dengan Luhut, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim khawatir, jika siswa akan kehilangan keterampilan belajar atau learning loss bila tak menggelar PTM. Nadiem menyebut pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan selama pandemi COVID-19 tidak efektif.

"Apalagi di tingkat SD dan PAUD di mana mereka paling membutuhkan PTM. Bahwa kalau sekarang tidak diduga dampaknya bisa permanen. Jadi ini merupakan satu hal yang lebih mencemaskan lagi buat kami adalah seberapa lama anak-anak ini sudah kamu laksanakan PJJ yang jauh di bawah efektivitas sekolah tatap muka," kata Nadiem dalam konferensi pers secara daring, Senin (27/9/2021).

Nadiem menegaskan bahwa pemerintah tidak terlalu khawatir mengenai tren kasus COVID-19 yang muncul setelah menggelar PTM. Nadiem, justru menyayangkan hanya 40 persen dari total sekolah yang dinilai bisa melakukan PTM.

Sebelumnya, sejumlah sekolah di daerah melaporkan terjadi penularan Covid-19 saat PTM berlangsung. Kemendikbud juga sempat merilis laporan mengenai ribuan murid tertular Covid-19, namun data itu dikoreksi lantaran diklaim tidak valid.

Editor: Dwi Reinjani

  • Luhut Binsar Panjaitan
  • Nadiem Makarim
  • klaster ptm sekolah
  • PTM
  • Covid-19

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!