BERITA

Aplikasi PeduliLindungi Jangan Jakartasentris

"Aplikasi PeduliLindungi jangan sampai itu Jakartasentris (atau) Urbansentris yang kemudian meninggalkan masyarakat lainnya."

Resky Novianto

Aplikasi PeduliLindungi untuk seluruh Indonesia
Ilustrasi 3T. (Sumber: covid19.go.id)

KBR, Jakarta - Anggota Komisi Bidang Kesehatan DPR RI, Netty Prasetiyani, meminta pemerintah untuk tidak hanya berfokus pada penggunaan aplikasi PeduliLindungi di kota-kota besar saja. Pasalnya, saat ini COVID-19 telah menyebar tanpa ada batasan di setiap daerah, baik kota maupun pedesaan. Karena itu, penanganan masyarakat teridentifikasi COVID-19, melalui penelusuran kontak atau tracing yang masif perlu dilakukan, guna mencegah potensi melonjaknya kasus COVID-19.

"Aplikasi PeduliLindungi jangan sampai itu Jakartasentris (atau) Urbansentris yang kemudian meninggalkan masyarakat lainnya. Karena bagaimanapun, hari ini virus sudah bergerak bukan hanya di kawasan urban (kota) tapi juga rural (pedesaan) area," ujar Netty dalam Raker Bersama Komisi IX, Menkes, dan Kepala BNPB, Senin (13/9/2021).

Baca juga: Kasus COVID-19 Turun? Kemenkes: Banyak Daerah Tidak Update Data Kasus Selama 3 Minggu 

Baca juga: Menkes: Kasus Kematian Akibat Covid-19 Turun

Netty mengatakan, saat ini belum meratanya pusat keramaian dan perbelanjaan yang menggunakan aplikasi PeduliLindungi, akan menjadi masalah baru bagi pemerintah. Hal itu, kata dia, harus menjadi catatan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito.

Menurut Netty, pemerintah harus bisa mencari cara, untuk bisa membuat restriksi atau pembatasan yang semuanya berjalan sistemik. Hal itu dinilai dapat mendukung berjalannya proses tracing, yang selama ini belum maksimal dilakukan di lapangan.

Editor: Fadli Gaper

  • 3T
  • tracing

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!