BERITA

Ombudsman: Pemerintah Tak Sigap Respons Kerusuhan Papua

Ombudsman: Pemerintah Tak Sigap Respons Kerusuhan Papua

KBR, Jakarta - Ombudsman Republik Indonesia menyatakan pemerintah tidak sigap dalam merespons aksi kerusuhan di Papua yang berdampak pada terganggunya pelayanan publik. 

Anggota Ombudsman RI Ninik Rahayu menyatakan pemerintah lamban, dan tidak memprioritaskan, serta terkesan abai, dalam menangani kasus Papua, khususnya pengungsi Nduga.

"Dari penanganan Kasus Nduga di Wamena, kita tahu sampai dengan hari ini kurang lebih 5000 para pengungsi padahal kerusuhan ini sudah terjadi pada tahun 2018 tetapi penanganan pengungsi itu belum mendapat penanganan secara serius dari pemerintah," ujar Anggota Ombudsman, Ninik Rahayu ketika Ngopi Bersama Ombudsman, Kamis (12/09/2019)

Ninik Rahayu menyebut, kasus Nduga menjadi perhatian internasional karena cukup banyak korban dalam kasus Nduga. Namun, lanjutnya, hingga hari ini pemerintah Kabupaten Nduga tidak memiliki data resmi berapa jumlah korban yang menjadi pengungsi sejak tahun 2018. Selain itu, data yang ada selalu berbeda satu dengan yang lain.

Bahkan, untuk pemenuhan hak sekolah untuk anak-anak Nduga dipengungsian lebih banyak difasilitasi oleh gereja.

"Sehingga intervensi terhadap pendidikan bagi anak anak pengungsi ini juga belom bisa dilakukan secara maksimal sampai hari. Karena teman-teman Ombudsman baru turun dari sana itu sebulan yang lalu, artinya aktivitas untuk memberikan dukungan fasilitas pelayanan publik pascakerusuhan itu sampai hari ini, utamanya terkait pendidikan belum maksimal," kata Ninik Rahayu.

Ia menambahkan, pemerintah berulang kali meminta masyarakat pengungsi kembali ke tempat tinggal namun tidak disambut baik oleh masyarakat pengungsi. Karena, kata Ninik, masyarakat masih memepertanyakan kesiapan sarana prasarana yang dimiliki pemerintah, dan masyakarat masih trauma.


Editor: Kurniati Syahdan

  • Ombudsman
  • konflik papua
  • nduga
  • Pengungsi Nduga

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!