BERITA

Duduki Balaikota, Massa Anti-Syiah Tolak Peringatan Asyura di Kota Bogor

""Kita minta kepada aparat pemerintah, yang dekat dengan Jokowi. Tolong sampaikan keluhan kita, kita ini anak bangsa yang ingin negara kita damai dan aman.""

Rafik Maeilana

Duduki Balaikota, Massa Anti-Syiah Tolak Peringatan  Asyura di Kota Bogor
Aksi anti-Syiah di kota Bogor. (Foto: KBR/Rafik M.)



KBR, Bogor- Sekelompok orang yang mengaku dari Masyarakat Muslim Bogor (MMB) menduduki Balai Kota Bogor. Mereka meminta wali kota dan presiden,   tidak mengizinkan pelaksanaan perayaan Asyura.

Wilyudi, salah satu perwakilan massa meminta agar Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, untuk tidak mengizinkan perayaan Asyura di Kota Bogor. Ia juga meminta kepada Presiden Jokowi, untuk tidak mengizinkan adanya kegiatan Syiah di Indonesia.


"Kita minta kepada aparat pemerintah, yang dekat dengan Jokowi. Tolong sampaikan keluhan kita, kita ini anak bangsa yang ingin negara kita damai dan aman. Jangan sampai diacak-acak oleh kelompok sesat yang ternyata kaki tangan yahudi, orang-orang kafir," katanya saat menyampaikan orasi di Balai Kota Bogor, Jumat (22/09)


Dalam kesempatan ini, massa meminta agar walikota tidak lengah seperti tahun lalu. Karena pada tahun lalu, kata Wilyudin, perayaan Asyura nasional hampir berpusat di Kota Bogor.


"Tahun lalu, kelompok syiah hampir berpusat di sini (Kota Bogor) tahun ini kami meminta walikota tidak lengah," jelasnya.

Asssyura berarti kesepuluh. Penganut Syiah memperingati hari kesepuluh dalam  bulan Muharam sebagai hari  berkabungnya atas kematian Husain bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad saat pertempuran Karbala tahun 61 H.

 

Editor: Rony Sitanggang

  • Anti syiah
  • walikota Bogor Bima Arya
  • Masyarakat Muslim Bogor (MMB)

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • saiful anwar8 years ago

    Assalamu'alaikum WrWb Mari kita buka kitab2 sejarah yg bersumberkan dr kitab2 Sunni, apakah tindakan2 tersebut dibolehkan atau tidak? Mungkin ada yg berpikir bahwa peringatan duka memperingati syahadah Imam Husain as yg berhubungan dengan majlis duka yg diiringi oleh syair2 duka berserta gerakan duka dengan menepuk dada dan kepala, seperti yg terjadi pada peringatan Asyura adalah peringatan yg hanya dijalankan oleh Syiah saja. Padahal kalau ditinjau dr kitab2 sunni, hal2 yg dilakukan seperti diatas banyak dituliskan dan tidak dilarang. Salah satunya adalah seperti halnya Majlis duka Imam Husain as yg diadakan oleh ulama besar sunni Sibhtu Ibnu Al-Jauzi dibawah ini... Ibnu Katsir berkata, “Di jaman pemerintahannya Malik Nashir, penguasa Halb, telah meminta kepada Ibnu Jauzi untuk menjabarkan musibah yang terjadi di Karbala pada hari duka sepuluh Muharram (Asyura). Ibnu Jauzipun pada hari itu naik mimbar. Akan tetapi sesampainya di atas mimbar, dalam waktu yang lama, beliau hanya menangis dan menangis, tanpa bisa berkata2. Dalam keadaan menangis itu beliau sempat mengucapkan beberapa bait puisi: Celakalah musuh pemberi syafaatnya Di hari kebangkitan, di hari terguncangnya ciptaan Fatimah kan masuki gelanggang sidang Baju Husain yang berdarah kan jadi tuntunan Kemudian beliau turun dari mimbar dalam keadaan masih menangis, dan langsung menuju ke rumahnya yang berada di Shahiliyyah dalam keadaan terus menangis.” (Al-Bidayatu wa Al-Nihayatu jilid 13 halaman 207) Sedangkan gerakan duka menepuk dada dan kepala juga dilakukan oleh Aisyah, istri Nabi saat wafatnya Nabi Muhammad saww. ‘Ibad berkata, “Aku mendengar Aisyah yang berkata: ‘Ketika Rasulullah saww wafat, aku meletakkan kepala beliau di atas bantal lalu setelah itu aku dan wanita2 yang ada di sekitarku memukuli dada dan wajah kami.’” (Al-Siratu Al-Nabawiyyatu jilid 3 halaman 171) Dari semua bukti kitab2 sejarah sunni ini dapat disimpulkan bahwa mendirikan majelis duka, membaca puisi2 duka, membaca kidungan dan lagu duka, menangis dan menepuk dada dan kepala, adalah sesuatu yang biasa terjadi di kalangan kaum muslimin, sejak jaman sahabat seperti yang dilakukan Aisyah dan tak satupun yang berani mencela mereka dengan tidak berakal atau mengatainya: “Kamu adalah pembuat bid’ah dan telah melakukan yang diharamkan Tuhan.”