BERITA

Asosiasi Petani: Modus Patgulipat Impor Gula

Asosiasi Petani: Modus Patgulipat Impor Gula



KBR, Jakarta-  Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)  menyebut penggelembungan data kebutuhan gula sengaja dilakukan. Kata Ketua Umum Dewan Pembina  APTRI Arum Sabil  melihat dari ketidaksesuaian antara kebutuhan  gula nasional dengan angka yang diimpor negara.

Arum memperkirakan jumlah kebutuhan gula per kapita per tahun untuk rumah tangga hanyalah sekitar 9 kilo per tahunnya. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk 255 juta jiwa artinya jumlah kebutuhan rumah tangga mencapai 2,3 juta ton.

Produksi dalam negeri untuk kebutuhan rumah tangga ini, kata Arum sudah dapat terpenuhi oleh petani lokal dengan jumlah yang bahkan berlebih. Sementara untuk kebutuhan industri yang dia perkirakan juga mencapai 2,3 juta ton,  Arum   mempertanyakan impor dengan jumlah  hampir 4 juta ton per tahunnya.

"Untuk konsumsi langsung kita sudah memproduksi gula rata-rata setiap tahun 2,5 juta ton. Artinya kita surplus itu  ada 200 ribu ton. Nah sekarang tinggal kebutuhan untuk industri yang memang harus impor dari raw sugar diproses jadi gula rafinasi. Hanya persoalannya adalah bagaimana kebutuhan 2,3 juta ton izin impornya keluar hampir 4 juta ton itu saja yang menjadi masalah," papar Arum kepada KBR, Selasa (20/9/2016) 

Arum melanjutkan, "Alasannya, karena memang kebutuhannya banyak. Itu yang saya lihat ada indikasi penggelembungan agar impor itu tetap dibenarkan."

Arum menambahkan, kejujuran membuat data kebutuhan gula nasional diperlukan karena ada dua modus impor gula dihalalkan. Menurutnya, modus yang pertama adalah dengan menggelembungkan kebutuhan gula. Dan modus yang kedua, sebut Arum, adalah dengan membangun persepsi harga gula mahal agar impor itu dihalalkan.

"Seharusnya untuk konsumsi ini kita juga kan kita sudah cukup, tapi kenapa justru sekarang ada pabrik-pabrik gula baru yang hanya sebagai kedok untuk melakukan impor gula mentah, malah diberikan izin impor raw sugar untuk kepentingan konsumsi." Tuding Arum.

Arum menambahkan, "Saya lihat itu kan ada impor untuk kepentingan rumah tangga berupa raw sugar digilingkan ke pabrik-pabrik gula rafinasi salah satunya. Ada pabrik gula yang hanya sebagai kedok untuk melakukan impor gula mentah itu hampir satu juta. Bulog sendiri juga mengimpor digilingkan ke sana katanya untuk konsumsi."

Baca: DPD Nonaktifkan Irman

Arum pun menegaskan bahwa ketergantungan pangan impor seperti gula ini harus segera disudahi dengan cara membenahi pabrik gula, revitalisasi tanaman tebu, penegakan hukum, serta pendataan yang dilakukan secara benar dan jujur.

 


Editor: Rony Sitanggang

  • impor gula
  • Arum Sabil

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!