BERITA

Tragedi Mina, Kemenag akan Minta Pertanggungjawaban Pimpinan Kloter

"Pengelola jemaah haji sudah memberikan aturan agar jemaah haji asal Indonesia melakukan lontar jumrah pada pagi setelah Subuh atau sore mendekati Maghrib. "

Tragedi Mina, Kemenag akan Minta Pertanggungjawaban Pimpinan Kloter
Kegiatan ibadah haji di Masjidil Haram Arab Saudi. (Foto: Hotel Hajj/Creative Commons 2.0)

KBR, Jakarta - Kementerian Agama akan meminta penjelasan dan pertanggunganjawab dari ketua rombongan dan ketua kloter yang anggotanya ikut menjadi korban dalam tragedi di Mina.

Juru bicara Kementerian Agama Rosidin Karidi mengatakan pengelola jemaah haji sudah memberikan aturan agar jemaah haji asal Indonesia melakukan lontar jumrah pada pagi setelah Subuh atau sore mendekati Maghrib.


Namun, kata Rosidin, masih ada saja jemaah asal Indonesia yang melanggar aturan dan akhirnya menjadi korban dalam desak-desakan di Mina.


Jumlah korban dalam tragedi Mina yang meninggal mencapai 769 orang, 19 di antaranya berasal dari Indonesia.


"Saat ini konsentrasi kita mencari dan mengidentifikasi korban-korban yang berasal dari Indonesia dulu. Sambil mendapatkan keterangan dari para ketua kloter atau ketua rombongan, mengabsen satu persatu yang 99 orang yang masih hilang," kata Rosidin Karidi kepada KBR, Minggu (27/9).


"Mungkin ke depan kita akan meminta keterangan dan pertanggungjawaban ketua rombongan dan ketua kloter atas insiden ini tentu saja setelah tuntas masalahnya," kata Rosidin.


Rosidin Karidi menambahkan, pemerintah dan pengelola haji di Arab Saudi masih fokus pada pencarian jemaah haji asal Indonesia yang belum kembali ke pemondokannya. Pencarian terus dilakukan selama sebulan ke depan hingga usai penyelenggaran ibadah haji.


Editor: Agus Luqman 

 

  • tragedi Mina
  • jamaah haji
  • ibadah haji
  • Kemenag
  • Kementerian Agama
  • Arab Saudi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!