NASIONAL

VIDEO: Mengenang 10 Tahun Kasus Pembunuhan Munir

"Kompilasi foto dan lagu untuk mengenang sang pejuang HAM."

Citra Dyah Prastuti

VIDEO: Mengenang 10 Tahun Kasus Pembunuhan Munir
Munir, 10 Th Munir, Video, Dhimas Utomo

Sepuluh tahun sudah kasus pembunuhan Munir terkatung-katung. Hingga sekarang, belum terungkap siapa otak di balik pembunuhan aktivis HAM ini. 


KBR, Jakarta – Kenangan akan Munir terpatri di banyak kepala, termasuk orang-orang yang tidak pernah bertemu dengan Munir. 


Salah satunya adalah Dhimas Utomo yang sedang melanjutkan sekolah di Australia. Perkenalannya akan sosok Munir adalah lewat Bhatara Ibnu Reza, peneliti Imparsial yang juga sedang bersekolah di Australia. Imparsial adalah LSM HAM yang dibangun oleh Munir  bersama teman-temannya. 


“Saya tidak mengenal Munir secara pribadi, bahkan belum pernah ketemu,” kata Dhimas lewat email. 


“Ketika saya pertama kali tiba di Sydney tinggal satu flat dengan Mas Bhatara sehingga justru banyak denger cerita tentang almarhum dari Mas Bhatara.”


Begitu teman-teman mahasiswa di University of New South Wales Sydney berencana membuat acara peringatan 10 Tahun Munir, Dhimas langsung bergerak. Acaranya sendiri digelar dengan judul “New South Wales Menolak Lupa: Dare to Speak About Human Rights”. 


Dari situ Dhimas langsung mengumpulkan foto-foto terkait Munir, juga mencari lagu yang cocok. 


“Lagu pertama berjudul ‘Menolak Lupa’ dari Pandji Pragiwaksono dari album berjudul “32” yang dibuat untuk memperingati 14 tahun lengsernya Soeharto,” jelas Dhimas. Sementara itu lagu kedua yang dipilih Dhimas adalah “Pulanglah” dari Iwan Fals yang didedikasikan untuk Munir. Lagu ini pertama kali dinyanyikan Iwan Fals pada 8 Desember 2004 di halaman kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). 


Ini dia video hasil karya Dhimas Utomo untuk memperingati #10ThMunir 



  • Munir
  • 10 Th Munir
  • Video
  • Dhimas Utomo

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!