NASIONAL

2022-08-22T23:43:00.000Z

Komitmen Pemerintah untuk Energi Bersih Diragukan, CSIS: Subsidi BBM Besar

"Niat pemerintah mengejar bauran energi bersih justru tak sejalan dengan kebijakan yang ada. Khususnya terkait subsidi energi untuk memenuhi konsumsi masyarakat."

energi bersih
Petugas melayani pengisian BBM di SPBU Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (17/8/2022). (Foto: ANTARA/Makna Zaezar)

KBR, Jakarta - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengungkapkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) atau energi bersih di Indonesia masih jauh dari target yang ingin dicapai.

Indonesia menargetkan ada bauran energi bersih, atau Energi Baru Terbarukan (EBT) pada tahun 2025 mencapai 23 persen. Sementara pada 2022, target baru tercapai 13 persen.

"Sumber energi bersih ini tidak murah sifatnya. Juga itu mungkin memerlukan beberapa waktu. Pada saat ini, sumber energi bersih yang ada di Indonesia hanya sekitar 12-13 persen dari seluruh energi yang kita konsumsi. Padahal pada tahun 2025 kita punya target 23 persen. Apakah itu akan tercapai? Kenaikan 10 persen tadi," ujar Yose dalam acara 'CSIS Media Briefing Membedah Arah dan Strategi Kebijakan Ekonomi Indonesia', Senin (22/8/2022).

Baca juga:


Subsidi energi fosil

Yose Rizal Damuri mempertanyakan niat pemerintah mendorong penggunaan energi bersih atau energi hijau di Indonesia.

Dari pencermatannya, niat pemerintah justru tak sejalan dengan kebijakan yang ada. Khususnya terkait subsidi energi untuk memenuhi konsumsi masyarakat.

"Di satu sisi kita menginginkan sumber energi bersih ini menjadi lebih intensif lagi, lebih banyak digunakan. Tetapi di lain sisi kita memberikan subsidi bahan bakar minyak dan subsidi energi itu yang sangat besar. Dan mengingat bahwa kebanyakan subsidi ini jatuhnya kepada energi fosil, kepada energi yang bukan energi bersih. Maka kita patut mempertanyakan juga. Apakah niat pemerintah untuk mengoptimalisasi ataupun juga membangun sumber energi bersih ini ada dasarnya atau tidak," ucapnya.

Yose melihat peluang pemanfaatan energi bersih sendiri tampak samar, karena Indonesia masih menggunakan energi fosil untuk kebutuhan listrik, dalam jumlah yang besar.

"Mengingat pada saat ini juga terjadi kelebihan pasokan energi, terutama di dalam energi listrik. Sehingga kelebihan pasokan ini mungkin tidak mendukung penambahan energi listrik baru yang datangnya dari energi bersih," lanjutnya.

Ia mengingatkan pengembangan energi bersih atau energi hijau ini sangat diperlukan jika melihat komitmen negara bersama negara-negara lain secara global untuk menghadapi krisis iklim.

Yose mengatakan pemerintah seharusnya menaruh perhatian lebih pada komitmennya dalam penggunaan energi bersih.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

  • energi bersih
  • EBT
  • konversi energi
  • bauran energi
  • CSIS
  • energi fosil

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!