NASIONAL

Inflasi Pangan Tinggi Berisiko Tingkatkan Warga Miskin

""Yang jelas dengan kenaikan harga atau inflasi yang cukup tinggi ini, khususnya pada kelompok makanan, itu pasti memiliki potensi yang besar terhadap angka kemiskinan.""

Heru Haetami

inflasi pangan
Peternak menimbang dan mengemas telur ayam di Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/8/2022). (Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga)

KBR, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Juli lalu hampir mencapai 5 persen. Sektor pangan menjadi penyumbang tertinggi terhadap angka inflasi di tanah air.

Kondisi ini juga disebut berisiko pada peningkatan angka kemiskinan. Pemerintah pun memasang target inflasi rendah pada 2023 mendatang.

"Inflasi akan tetap dijaga pada kisaran 3,3 persen. Kebijakan APBN akan tetap diarahkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari eksternal, terutama inflasi energi dan pangan," kata Presiden Joko Widodo.

Target itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan keterangan pemerintah mengenai RAPBN 2023 di kompleks DPR-MPR, Selasa, 16 Agustus 2022.

Jokowi mengatakan anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2023 akan diarahkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi eksternal atau global.

Pada Juli lalu, inflasi tercatat sebesar 4,94 persen. Ini merupakan inflasi tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. 

Kepala Badan Pusat Statistik BPS, Margo Yuwono mengatakan, lonjakan inflasi dipicu gejolak harga pangan. Lonjakan inflasi ini dikhawatirkan bisa meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia.

"Yang jelas dengan kenaikan harga atau inflasi yang cukup tinggi ini, khususnya pada kelompok makanan, itu pasti memiliki potensi yang besar terhadap angka kemiskinan. Jadi kalau harga pangannya tinggi, maka akan berpengaruh pada garis kemiskinan. Kalau pendapatannya tidak naik, bisa menyebabkan kemiskinan semakin bertambah. Jadi pengaruhnya cukup tinggi terhadap kemiskinan," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).

Data BPS menunjukkan inflasi komponen makanan bergejolak atau volatile food menjadi penyumbang terbesar inflasi secara nasional. 

Komponen volatile food atau komoditas yang mengalami kenaikan harga paling tinggi di Juli 2022 di antaranya cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit.

Baca juga:

Tekan inflasi

Menurut Bank Indonesia, kenaikan harga pangan menjadi penyumbang terbesar inflasi, sebesar 10,47 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menargetkan inflasi pangan dapat ditekan menjadi lima persen melalui operasi pasar di sejumlah daerah.

"Inflasi kita adalah sudah di atas hampir 5 persen, 4,89 persen. Masih lebih rendah dari negara lain tapi kita harus lihat inflasi ini. Yang paling tinggi inflasi ini kalau kita pecah, adalah inflasi pangan 10,47 persen. Mestinya inflasi pangan itu tidak boleh lebih dari lima persen atau paling tinggi 6 persen. Ingat, inflasi pangan. Inflasi pangan itu masalah perut, masalah rakyat, dan itu langsung sejahtera. Ini bukan ekonomi saja, masalah sosial dan masalah juga bagaimana nanti Oktober dan seterusnya jangan sampai ada masalah politik," ucap Perry dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Jakarta, Rabu, (10/8/2022).

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kenaikan harga sektor pangan memukul masyarakat miskin hingga 60 persen dari komposisi pengeluaran.

Namun, ekonom menilai pemerintah bakal kesulitan menekan angka inflasi pangan yang saat ini berada di lebih 10 persen hingga setengahnya.

Peneliti ekonomi dari INDEF Eka Puspitawati mengatakan ada sejumlah kebijakan yang justru meningkatkan inflasi. Misalnya kenaikan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen hingga rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi.

"Yang jelas kalau terjadi peningkatan harga BBM pasti dipastikan di sini akan terjadi koreksi atau mendorong untuk peningkatan harga. Ini sudah dipastikan karena tidak hanya berdampak langsung terhadap biaya transportasi untuk barang-barang pangan, karena ini juga berarti mengakibatkan distribusi juga. Biaya distribusi juga akan meningkat karena ada peningkatan transportasi sehingga akan mendorong peningkatan harga pangan. Belum lagi ditambah kebijakan yang terakhir dari BI juga yang peningkatan suku bunga acuan ini juga akan mendorong terjadi peningkatan harga. Karena korelasi antara suku bunga dengan harga itu sama. Jadi begitu suku bunga meningkat maka di situ pasti akan ada peningkatan harga barang juga," kata Eka kepada KBR, Rabu (25/8/2022).

Untuk menekan inflasi pangan, Eka mendorong pemerintah memastikan ketersediaan stok, stabilitas harga hingga pengawasan ketat di pasar-pasar.

"Mau tidak mau harus ada peran pemerintah yang menjamin ketersediaan pangan salah satunya memang pemerintah diharapkan untuk bisa menjamin kepastian stok pangan. Itu berapa komoditas yang tidak ada maka diadakan, operasi pasar salah satunya. Tetapi tidak hanya operasi pasar saja menurut saya di beberapa tempat juga mungkin kekurangan stok itu. Juga ada kecenderungan mungkin beberapa bahan pangan yang ditahan tidak dikeluarkan supaya harga pangan lebih meningkat," katanya.

Baca juga:

Editor: Agus Luqman

  • inflasi
  • inflasi pangan
  • Presiden Jokowi
  • kemiskinan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!