BERITA

Mensos Usul Warga Produktif Tak Terima Bansos Uang Tunai, Mengapa?

Mensos Usul Warga Produktif Tak Terima Bansos Uang Tunai, Mengapa?

KBR, Jakarta- Menteri Sosial Tri Rismaharini mengusulkan bantuan sosial masyarakat terdampak pandemi tidak lagi berupa uang tunai.

Hal itu disampaikan Risma dalam webinar 'Mengembangkan Puskesos-SLRT: Mengawal Reformasi Sistem Perlindungan Sosial Nasional' secara daring, Kamis (12/8/2021).

Risma mengatakan masyarakat miskin terdampak pandemi lebih baik diberikan peralatan yang membuat mereka lebih produktif. Menurutnya hal itu dapat menjadi solusi agar masyarakat keluar dari kemiskinan.

"Karena sebetulnya kalau mereka terima bantuan sosial mereka hanya terima Rp300.000 paling banyak. Yang paling besar kurang lebih hanya 3 juta itu pun untuk yang lansia. Jadi rata-rata sebulan satu juta. Padahal kalau kita bisa gunakan energi itu untuk mereka bisa bekerja maksimal itu maka mungkin akan bisa lebih," ucap Risma dalam webinar, Kamis, 12 Agustus 2021.

Baca juga:

Peran Aktif Puskesos dan SLRT

Risma juga mendorong peran Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) dan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) menjadi sangat penting untuk menyelesaikan data masyarakat miskin yang masih menjadi persoalan selama ini.

Risma meminta kepada Puskesos-SLRT agar melakukan analisa terhadap warga miskin yang masih produktif tersebut.

"Banyak juga yang masih muda mereka menerima bantuan sosial. Kita tahu bahwa itu kemarin digunakan untuk misalkan yang kena terkena PHK. Tapi sebetulnya kalau kita lakukan dengan benar mereka meski tidak harus menerima bantuan, tapi alat-alat produksi sehingga mereka bisa bisa bekerja lebih maksimal," katanya.

Editor: Sindu

  • Bansos
  • Bantuan Sosial
  • Kemensos
  • Tri Rismaharini
  • Puskesos
  • SLRT
  • Data Bansos
  • Data Penerima Bansos
  • pandemi covid-19
  • Covid-19
  • BLT

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!