KBR, Jakarta- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengatakan, sudah mendorong percepatan infrastruktur pendidikan di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T), terutama di wilayah Papua. Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam mengatakan, sudah menyediakan fasilitas laptop dan jaringan internet sebagai penunjang pembelajaran jarak jauh di daerah 3T.
“Nah, ini kita juga menghadirkan teknologi di daerah 3T, kita tahu selama pandemi ini banyak daerah yang blank spot, tidak ada layanan internet, nah kita hadirkan teknologi. Semester yang lalu dengan ITB ini menghasilkan mini BTS jadi ini menara BTS kita pasang di NTT, di Maluku, untuk memberikan akses bagi adik-adik yang tidak punya akses internet, dan ini kita koneksikan sehingga pembelajaran daring itu bisa terselenggara di daerah 3T,” kata Nizam dalam sosialisasi Kampus Merdeka di wilayah 3T, yang diselenggarakan secara daring, Senin (30/08/2021).
Baca: PTM Terbatas, Kemendikbud Minta Disdik Lobi Kepala Daerah
Selain itu, Kemdikbudristek juga terus mendorong keikutsertaan mahasiswa di daerah 3T dalam program Kampus Merdeka, seperti pertukaran mahasiswa dan program magang. Tujuannya agar para mahasiswa mendapat kesempatan untuk memperluas pengalaman belajar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Ia mencatat, hingga saat ini lebih dari 850 mahasiswa dari daerah 3T telah mengikuti program pertukaran mahasiswa, 380 mengikuti program magang dan studi independen, serta lebih dari 1.600 mahasiswa mengikuti program kampus mengajar.
Nizam mencontohkan, lebih dari 2.000 anak di Papua telah mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi, dan lebih dari 14.000 mahasiswa di Papua menerima bantuan dana pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Bahkan, Nizam mencatat hingga tahun ini sudah lebih dari 500 mahasiswa lulus sebagai sarjana melalui program beasiswa ADIK Papua.
Nizam mengatakan, Kemendikbud juga mendorong upaya penguatan pendidikan tinggi melalui pendirian dua perguruan tinggi baru di Serui dan Pegunungan Bintang, Papua.
Editor: Rony Sitanggang