BERITA

Digitalisasi UMKM Demi Dongkrak Ekonomi Saat Pandemi

"Dengan memanfaatkan sistem digital, UMKM tetap dapat melayani kebutuhan pembelinya dan bisnis pun tetap berjalan."

Resky Novianto

Digitalisasi UMKM Demi Dongkrak Ekonomi Saat Pandemi
Pengusaha batik memotret produknya sebelum diunggah ke pasar digital di Galeri Batik Sengguruh, Malang, Jawa Timur, Sabtu (17/7/2021). (Foto: ANTARA/Ari Bowo S)

KBR, Jakarta - "Kalau manfaat (digital) itu menjadi marketing buat kami ya, karena otomatis menjadi prioritas konsumen pencarian makanan di sekitar, kami akan muncul. Tapi terus terang saja, ketika PPKM ini agak berat buat kami. Karena hampir semua memberikan diskon yang besar, bukan hanya yang level seperti kami, tapi juga level mall juga memberikan diskon yang besar, sehingga banyak konsumen yang tadinya memilih kami, dengan pertimbangan lebih dekat, akhirnya mereka memilih yang lebih besar," ujar Catur kepada KBR, Jumat (6/8/2021).

Catur adalah pemilik Pedalink Coffee, sebuah usaha mikro kecil menengah (UMKM) bidang kuliner dan kopi di Islamic Village, Kelapa Dua, Tangerang, Banten.

Ia mengeluhkan pendapatan usahanya yang sempat anjlok hingga 70 persen, saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kondisi itu lantas memaksanya memutar otak, dan memaksimalkan penjualan secara daring.

Namun, ternyata penjualan secara daring juga tidak mudah, lantaran usahanya harus bersaing dengan puluhan bahkan ratusan usaha serupa yang berani menawarkan promo atau diskon besar.

Meski begitu, Catur mengakui penjualan secara daring di era digital ini sedikit membantu UMKM seperti dirinya.

***

Kondisi serupa juga dialami Eko, seorang pemilik warung makan berkonsep luar ruangan atau outdoor "Warung Tuman" di daerah Ciater, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Menurutnya, digitalisasi mendongkrak usahanya yang tengah terpukul saat pandemi. Meski pilihan pengiriman atau delivery order untuk makanan belum banyak membantu menambah pemasukan dibandingkan dengan pemasukan saat diizinkan makan di tempat.

"Sebelum diberlakukan PPKM, kami tidak melayani delivery karena semua makan di tempat. Begitu (penerapan) PPKM orang tidak boleh keluar dibatasi, jadi mau tidak mau kami cari solusi dengan memberi service take away dan delivery. Jadi sebetulnya (permintaan) malah naik, karena tadinya kami tidak melayani delivery dan take away," ujar Eko kepada KBR, Jumat (6/8/2021).

Eko menyebut, pengunjung warung makan miliknya menurun hingga 90 persen saat penerapan PPKM. Karena itu, penjualan secara daring secara perlahan menjadi tumpuan, kendati pendapatannya tidak bisa 100 persen menyamai saat pemesanan makan di tempat atau dine in.

***

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menyebut pandemi virus korona sejak 2020 hingga kini mengubah pola usaha, dari konvensional menjadi digital.

Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar Kemenkop UKM, Fixy mengatakan hal ini menjadi salah satu manfaat dari pandemic, yaitu mempercepat digitalisasi UMKM.

"Yang mungkin Bapak dan Ibu sekalian serta para pelaku usaha juga banyak mendengarkan, digitalisasi. Kalau tidak ada Covid-19, ini lagi yang untungnya Indonesia. Selalu melihat untungnya di balik bencana yang kita alami. Blessing in disguised-nya adalah kalau tidak ada Covid-19, digitalisasi UMKM ini mungkin baru 10 tahun lagi nih. Baru kita bisa catch up, mencoba menyamai negara-negara lain yang sudah lebih dulu digitalisasi," jelas Fixy dalam webinar bertajuk 'How To Maximize Indonesia's SME Ecosystem - Artajasa Webinar Series, Episode 1' (28/7/2021).

Fixy menjelaskan pandemi Covid-19 membatasi pergerakan atau mobilitas masyarakat. Akibatnya, aktivitas penjualan secara digital semakin aktif bergerak.

Dengan memanfaatkan sistem digital, kata Fixy, UMKM tetap dapat melayani kebutuhan pembelinya dan bisnis pun tetap berjalan.

Tanggapan serupa disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Teten menyatakan, Presiden Jokowi sangat ingin agar UMKM di Indonesia, bisa segera go digital

Menurut Teten, Kepala Negara bahkan menargetkan sebanyak 30 juta UMKM di tanah air bisa mencicipi bisnis digital.

"Kita sudah menargetkan tahun 2024 sebanyak 30 juta, jadi ini memang Pak Presiden sudah arahkan karena waktu tinggal tiga tahun, jadi ini harus ada strategi yang pro aktif jemput bola, untuk melakukan pendampingan, kurasi produk, sampai ke SDM, pembiayaan, sampai mereka bisa on boarding di e-commerce," kata Teten dalam konferensi pers daring, Kamis (10/6/2021).

Teten Masduki menambahkan, Presiden Jokowi juga meminta adanya percepatan digitalisasi UMKM, lantaran nilai keekonomiannya yang cukup tinggi.

Berdasarkan data dari asosiasi e-commerce Indonesia per Mei 2021, terdapat 13,7 juta pelaku UMKM atau 21 persen, yang sudah go digital.

Digitalisasi UMKM akan terus didorong oleh pemerintah. Apalagi, saat ini, transaksi digital digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat di tengah pandemi.

Editor: Agus Luqman

  • UMKM
  • pandemi
  • Covid-19
  • digitalisasi
  • digital
  • Pertumbuhan Ekonomi
  • wirausaha
  • E-commerce

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!