Article Image

BERITA

Berbagi Tanpa Sekat di Tengah Pandemi

Komunitas petani ikan koi di Blitar, Jawa Timur membuka pos pengisian oksigen gratis bagi pasien Covid-19. Foto: Antara/Irfan Anshori

Pengantar:

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, beragam aksi sosial warga terus bermunculan. Gerakan-gerakan tersebut hadir untuk menolong sesama yang terdampak secara ekonomi, sosial, dan juga kesehatan. Gotong royong antarwarga ini dibangun tanpa sekat, jarak dan waktu. Digitalisasi mempercepat penyaluran bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Jurnalis KBR Ardhi Rosyadi berbincang dengan para pegiat gerakan solidaritas di tengah pandemi.

Ingatan Faiz kembali ke suatu malam di bulan Juli 2021.

“Saat itu isoman karena memang kendala tidak berat, tapi tiba-tiba saturasi saat itu terus turun. Dan yang jadi kendala saat itu adalah malam hari. Hampir masuk jam 12 malam. Aku sebar kontak ke teman-teman sama saudara dulu, tapi berhubung sudah malam mungkin sudah pada istirahat. Aku cek rumah sakit lewat telepon juga susah saat itu," kenang Faiz.

Ayah Faiz yang tengah isolasi mandiri di rumah mendadak sesak nafas. Faiz langsung mencari oksigen dengan menghubungi rumah sakit, satu per satu. Ia juga menyisir bantuan di dunia maya. Hasilnya nihil. Kepanikan pun makin menjadi.

Kala itu kasus Covid-19 memang sedang memuncak akibat masifnya varian Delta. Jumlahnya tembus 40 ribu kasus per hari.

Beruntung, Faiz menemukan situs wargabantuwarga.com. Lewat situs itu, ia mendapat pinjaman tabung oksigen berikut isinya dari warga lain. Satu tabung ini menyelamatkan nyawa ayah Faiz.

“Syukurnya saat itu langsung ada yang ngasih info ngakses di Warga Bantu Warga. Lumayan komplit infonya. Aku langsung menghubungi dan yang menyediakan di wilayah Jakarta Pusat. Aku ada di Bekasi, tapi nggak ap-apa lah yang penting ada,” imbuh Faiz.

Tangkapan layar Instagram @wargabantuwarga

Warga Bantu Warga mengusung konsep solidaritas tanpa batas. Warga bisa saling berbagi informasi dan bantuan secara daring, kata Fara Devana, Juru Bicara dan Relawan Warga Bantu Warga.

"Ketersediaan alat kesehatan yang minim, masyarakat juga bingung mencari informasi ke mana. Hal-hal ini yang menjadi latar belakang Warga Bantu Warga," kata Fara.

Jenis bantuan yang tersedia pun kini makin beragam. Contohnya, gerakan borong produk UMKM lewat media sosial. Warga bisa mengabarkan warung atau UMKM yang sepi maupun kelompok masyarakat yang layak dibantu. Situs Warga Bantu Warga menjembatani keduanya.

"Ada program yang baru saja kami luncurkan adalah borong UMKM. Jadi donasi yang terkumpul tadi kami belikan makanan di warung-warung, warteg, kita borong. Karena PPKM pasti sepi, makanannya kita borong nanti kita bagikan ke warga yang membutuhkan, pekerja-pekerja informal yang justru terdampak besar," imbuh Fara.

Aksi solidaritas serupa menjamur di banyak tempat. Salah satunya Gorontalo Baik Indonesia, yang juga mengoptimalkan teknologi digital. Pembina Yayasan Gorontalo Baik Indonesia, Ririn Afitri.

"Kami mendirikan ini lewat grup Whatsapp. Jadi kami mengumpulkan orang-orang baik yang punya minat yang sama, suka berdonasi, suka meminta, 'carikan dong siapa yang perlu dibantu' lalu kami mencari informasi lewat teknologi," ujar Ririn Afitri, Pembina Yayasan Gorontalo Baik Indonesia.

Digitalisasi mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Bantuan pun bisa cepat disalurkan dengan jangkauan lebih luas, hingga ke luar wilayah Sulawesi.

“Untuk sejauh ini kami punya satu campaign yang donasinya lumayan besar yaitu Rp1 miliar untuk pondok pesantren tuli di Yogyakarta. Itu juga menjadi yang terjauh, karena kami ada di Gorontalo tetapi menyalurkannya di Yogyakarta," kata Ririn Afitri.

Bantuan yang dihimpun Gorontalo Baik Indonesia disalurkan sampai ke Yogyakarta. Foto: IG @gorontalobaik

Donasi untuk Pondok Pesantren Tuli Darul Ashom di Yogyakarta ini digalang secara daring. Informasinya disebarkan lewat pesan berantai di media sosial. Jumlah dana yang terkumpul mencapai miliaran rupiah. Tanpa dukungan teknologi digital, Ririn yakin besaran donasi hanya mentok di kisaran belasan juta.

Menurut Ririn, teknologi digital bisa melipatgandakan dampak dari gerakan solidaritas di masa pandemi.

Hanya berbekal gawai, semua orang, mulai dari selebritis hingga warga biasa, dapat ambil bagian di mana pun dan kapan pun.

“Kita hidup dengan orang lain. Kalaupun memang ternyata kita harus di rumah saja, kita bisa manfaatkan teknologi. Ada aplikasi kitabisa.com, ada Instagram, follow yayasan-yayasan, komunitas-komunitas baik yang menyebarkan virus-virus kebaikan di luar sana, sehingga bisa melakukan gerakan yang sama dan bersama-sama kita bisa mengatasi (pandemi) ini dan bangkit dari keterpurukan,” pungkas Ririn.

Masifnya aksi tolong-menolong ini selaras dengan survei Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021, yang menempatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan sedunia. Semangat bela rasa dan gotong-royong sudah mendarah daging dalam karakter bangsa.

Penulis: Ardhi Rosyadi

Editor: Ninik Yuniati