BERITA

Polisi Buru Kelompok Intoleran Penyerang Acara Keluarga Assegaf di Surakarta

Polisi Buru  Kelompok Intoleran Penyerang Acara Keluarga Assegaf di Surakarta

KBR, Surakarta-   Polisi masih memburu pelaku intoleransi yang terjadi di Solo akhir pekan kemarin. Kapolresta Solo, Andy Rifai, mengatakan polisi mengumpulkan barang bukti, keterangan saksi dan para korban kekerasan tersebut. 

Menurut Andy, para korban kekerasan mengalami beberapa luka karena pukulan dan lemparan sekelompok massa yang menyerang.

"Kelompok intoleran itu melakukan menggrudug rumah seorang rumah warga yang sedang menggelar keagamaan yang menurut kelompok itu tidak sesuai agama. Mendengar informasi itu, kita datang ke lokasi kejadian, mengamankan situasi, kita negosiasi dengan kelompok itu agar membubarkan diri," ujar  Kapolresta Solo, Andy Rifai. 

Andy melanjutkan, "Pada saat kami evakuasi tuan rumah dan sejumlah warga, ternyata dari kelompok intoleran itu melakukan tindakan anarkis dan melukai sejumlah warga. Korban ada tiga mengalami luka pukul dan luka lemparan benda tumpul, luka robek di kepala dan dirawat di rumah sakit."  

Sebelumnya, pada Sabtu (08/08) malam, terjadi penyerangan dan penganiayaan terhadap keluarga Umar Assegaf, di Mertodranan, Pasar Kliwon, Surakarta. Sekitar 100 orang yang menamakan diri Laskar Mojo, Kenteng, dan Mojolaban itu menyerang keluarga yang sedang menyelenggarakan kegiatan midodareni, atau doa sebelum pernikahan yang diikuti oleh sekitar 20 orang.

Saat melakukan aksi kekerasan mereka meneriakkan kafir, Syiah bukan Islam, Syiah musuh Islam, dan sejumlah seruan kekerasan. 

Belum diketahui motif penyerangan tersebut.   Video yang berisi peristiwa penyerangan dan perusakan itu sempat viral di media sosial. 

 

Editor: Rony Sitanggang

  • radikalisme
  • syiah
  • ahlul bait
  • garis keras
  • korban konflik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!