BERITA

Kebakaran Hutan Menyebar Hingga 1.600 Kali Luas Lapangan Monas

Kebakaran Hutan Menyebar Hingga 1.600 Kali Luas Lapangan Monas

KBR, Jakarta- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus meluas dalam skala yang mengejutkan.

Menurut data Karhutla Monitoring Sistem KLHK, sampai awal Juli 2019 luas karhutla di seluruh Indonesia baru sekitar 42 ribu hektare.

Namun, dalam satu bulan belakangan, luas karhutla meningkat drastis sampai sekitar tiga kali lipatnya, yakni menjadi 135 ribu hektare pada awal Agustus 2019.

Kira-kira, luasan kebakaran itu setara dengan 1.687 kali luas lapangan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Luas lapangan Monas 80 hektare.

Baca Juga: Januari-Juli 2019, Luas Kebakaran Hutan 530 Kali Lapangan Monas

Dari 35 provinsi Indonesia, hanya 6 provinsi yang tidak mengalami kebakaran, yakni:

    <li>Jakarta</li>
    
    <li>Bali</li>
    
    <li>Bangka Belitung</li>
    
    <li>Banten</li>
    
    <li>Jawa Barat</li>
    
    <li>Yogyakarta</li></ol>
    

    Sedangkan 29 provinsi lainnya mengalami kebakaran dengan intensitas yang berbeda-beda. Sampai Kamis (8/8/2019), kebakaran paling luas terjadi di Nusa Tenggara Timur (71 ribu hektare) dan Riau (30 ribu hektare).


    Pengaruh Iklim atau Ulah Manusia?

    Menurut Kepala Seksi Peringatan dan Deteksi Dini Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Eva Famurianty, karhutla terjadi karena pengaruh iklim.

    "Walaupun BMKG memperkirakan el nino tahun 2019 lemah, tetapi yang perlu diwaspadai adalah hari tanpa hujan (HTH) yang begitu panjang antara 30 sampai 120 hari. Bahkan beberapa daerah dengan HTH sudah di atas 120 hari," jelas Eva, seperti dikutip Antara, Kamis (8/8/2019).

    “Bisa dibayangkan dengan kelembapan udara yang sangat rendah dan partikel udara bertebaran dimana-mana, kalau sedikit saja ada api, bisa menjadi ancaman kebakaran besar,” tambahnya.

    Meski begitu, bukan berarti manusia tak punya andil dalam bencana ini. Kepala BNPB Doni Monardo bahkan meyakini, 99 persen penyebab karhutla adalah ulah manusia.


    Ekosistem Rusak, Susah Napas, Pandangan Kabur

    Kebakaran hutan tak hanya berdampak pada rusaknya ekosistem flora dan fauna, tapi juga mengancam kesehatan warga.

    Di Aceh Barat misalnya, kabut asap karhutla dikabarkan sudah mulai membuat warga sakit.

    "Korban yang jatuh sakit akibat sebaran kabut asap ini rata-rata mengalami batuk, sakit tenggorokan, dan gangguan pernapasan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Syarifah Junaidah kepada Antara, Rabu (7/8/2019).

    Hal serupa terjadi di Pontianak. Kemarin, Pemkot Pontianak mengumumkan bahwa Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayahnya sudah masuk kategori tidak sehat akibat asap karhutla.

    "Karena itu akan kami pantau terus, apakah aktivitas belajar sekolah akan diliburkan atau belum sebagai dampak dari karhutla," kata Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono kepada Antara, Rabu (7/8/2019).

    Di Pekanbaru, kabut asap juga dikabarkan semakin pekat hingga mengganggu jarak pandang.

    “Dari pengamatan kami, di Kota Pekanbaru akibat asap (karhutla) jarak pandangnya empat kilometer pada jam 7. Pada sekitar pukul 8 menjadi tiga kilometer. Memburuk jarak pandangnya,” kata Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru Sanya Gautami kepada Antara, Kamis (8/8/2019).

    Editor: Agus Luqman

  • Karhutla
  • kebakaran hutan
  • Jokowi Bersalah Karhutla

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!