BERITA

Sepekan Terakhir Titik Api Kebakaran Meningkat

"Peningkatan jumlah titik panas sebagian besar terjadi di wilayah Kalimantan Barat sebanyak 303 titik panas."

Sepekan Terakhir Titik Api Kebakaran Meningkat
Asap membumbung tinggi dari lahan yang terbakar Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, Senin (8/8/2016). (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Jumlah hotspot atau titik panas kebakaran hutan dan lahan di wilayah Indonesia meningkat dalam sepekan terakhir.


Berdasarkan pantauan satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua milik NASA, terdapat 482 hotspot di wilayah Indonesia pada Selasa sore (16/8/2016) kemarin. Jumlah itu naik dua kali lipat dibanding sehari sebelumnya berjumlah 202 hotspot.


Informasi yang disampaikan Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada media menyebutkan peningkatan jumlah titik panas sebagian besar terjadi di wilayah Kalimantan Barat sebanyak 303 titik panas.


Berdasarkan analisis dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), jumlah 482 hotspot tersebut merupakan akumulasi dari 297 hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang (antara 30-79 persen) dan 185 hotspot dengan tingkat kepercayaan Tinggi (80-100 persen).


Tingkat kepercayaan Sedang berarti ada potensi terjadi kebakaran hutan dan lahan berdasarkan temperatur permukaan yang dideteksi sensor satelit. Sedangkan tingkat kepercayaan Tinggi berarti titik api yang sedang membakar material di permukaan.


Dari jumlah 297 titik panas dengan tingkat kepercayaan sedang, paling banyak terdapat di Kalimantan Barat (178 titik panas), Riau (43 titik panas), Nusa Tenggara Timur (30 titik panas), Kepulauan Bangka Belitung (10 titik panas), Papua (7 titik panas) dan beberapa wilayah lain seperti Sumatera Utara (5), Sumatera Selatan (4), Kalimantan Timur (3), Jawa Timur (3), Aceh (3) Kalimantan Tengah (2), Jambi (2), Papua Barat (2) dan masing-masing satu titik panas di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.


Sedangkan sebaran 185 hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi atau titik api kebakaran di permukaan tanah paling banyak terdapat di Kalimantan Barat (125 hotspot), Riau (32 hotspot), Papua dan NTT (masing-masing 8 hotspot), Kepulauan Bangka Belitung (6) serta Sumatera Utara dan Sumatera Selatan (masing-masing dua dan satu hotspot).


Sutopo menjelaskan, dari pantauan satelit titik panas di Kalimantan Barat tersebar cukup merata. Pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar merupakan penyebab utama dari meningkatnya jumlah hotspot tersebut.


Pencegahan


Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan Tim Satgas Gabungan.


BNPB telah mengerahkan tujuh helikopter water bombing, dua pesawat water bombing dan dua pesawat hujan buatan. BNPB kini juga sedang mempersiapkan mengirimkan empat helikopter water bombing ke Jambi dan Kalimantan Barat. Selain itu juga menambah pesawat untuk hujan buatan di Kalimantan.


Di Riau, helikopter dan pesawat water bombing telah menjatuhkan air 17,9 juta air untuk memadamkan api kebakaran hutan dan lahan. Untuk hujan buatan BNPB bersama BPPT menaburkan 35 ton garam ke dalam awan-awan potensial di Riau, dan 61,06 ton di Sumatera Selatan.


Agustus hingga Oktober adalah masa kritis dari kebakaran hutan dan lahan karena pada periode itulah puncak musim kemarau.


Sutopo menambahkan, patroli dan pencegahan perlu ditingkatkan agar hotspot tidak terus bertambah. 

 

  • hotspot
  • pantauan hotspot kebakaran hutan dan lahan
  • titik panas kebakaran hutan dan lahan
  • BNPB
  • Sutopo Purwo Nugroho
  • kebakaran hutan dan lahan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!